20. Perahu layar

15 3 2
                                    

“Relationship itu ibarat naik perahu, dimana kepercayaan dan kesetiaan adalah dayung, dan kejujuran berfungsi sebagai layar.”

Tapi, apakah perahumu sudah memiliki layar?

💌

Sinta menatap kedua remaja itu dengan tangan bersedekap, mereka tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Sekarang jelasin, kenapa kalian kemalaman!" Tatapnya menuntut.

Thea mencebik pelan. "Maa, Thea—" Ucapannya terpotong, dia lantas menoleh ketika, El menggenggam tangan gadis itu pelan.

"El minta maaf Maa, ini salah El karena ngajak Thea ke tempat yang lumayan jauh tanpa mikirin padatnya jalan Ibu kota kalau udah malam. Maafin El yang ngehancurin kepercayaan Mama," jelasnya menunduk menyesal.

Sinta mendengkus pelan. "Sejauh apa? Bogor? Bandung? Bali?"

"Ihh nggak Maa, nggak sejauh itu kok!" seru Thea membela diri.

"Mama cari deh namanya Astrophile cafe, satu-satunya cafe dengan nama dan tema seperti ini. Thea berasa jalan-jalan ke planetarium tau nggak!" seru Thea bersemangat.

Sinta menoleh tertarik. "Seriusan sebagus itu?"

Thea mengangguk antusias, dia lantas menunjukkan foto-fotonya bersama El di sana. Sementara El? Dia hanya menatap keduanya heran, like mother like daughter.

Kemudian setelah tersadar, dengan situasi yang sudah keluar dari topik pembicaraan, Sinta menjewer telinga Thea pelan yang diikuti dengan aduhan pelan darinya.

"Maa sakit ih!" kesal Thea mengusap telinganya, pelan.

"Oke back to topic, jujur mama kecewa sama kalian," ucapnya setelah menghela napas pelan.

"Kalau kalian kenapa-kenapa bagaiman? Dunia malam itu bahaya, jika kalian tidak tau. Setidaknya, kenapa nggak kabarin? Telpon kek, SMS kek," omel Sinta menetap keduanya sambil menggeleng kecewa.

"Maaf Maa, baterai ponsel Thea habis waktu itu," cicitnya sambari menunduk dalam.

"Tapi El katanya udah telpon Mama, yakan El?" tanyanya menoleh pada El.

Cowok itu mengangguk membenarkan. "El udah telpon, tapi panggilannya nggak diangkat. El juga udah chat dan bilang kemungkinan bakalan telat tiga puluh menit," jelasnya.

Sinta menaikkan sebelah alisnya. "Eh beneran?"

Kedua sejoli itu kompak mengangguk, mau tidak mau Sinta meraih ponselnya dan mengecek riwayat panggilan dan chat WhatsApp-nya.

Lalu benar saja, di sana tertera lima panggilan tidak terjawab dari El dan beberapa chat darinya yang sudah tenggelam. "Tuh kan Maa, bener. Makanya kurangin dong grup sosialita, sama arisannya" kata Thea yang tahu-tahu sudah berdiri di belakang sofa yang Sinta duduki, mencibir sebal.

Sinta menoleh kaget, kemudian berdecak pelan kemudian meletakkan kembali ponselnya di meja. Di sana El hanya tersenyum tipis.

"Yaudah, kali ini kalian Mama maafin. Lain kali, bakal langsung Mama nikahin!"

"Maa!" Thea melotot kaget.

"El siapkan nikahin anak Mama?" tanyanya pada El mengabaikan putri sendiri.

El terkekeh pelan, dan mengangguk. "Siap Maa!"

"El!" serunya kini kembali meleparkan pelototannya pada El.

"Mama serius lho El, kamu harus siap lahir batin, babat, bebet, bobot!" Sinta menatap serius pada El.

Tatapan serius itu bagaikan ikut menular pada El, dia pun mengangguk tidak kalah serius. "El serius!"

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang