06. Kenyataan yang menyakitkan

76 14 13
                                    

"Apa kenyataan memang harus selalu menyakitkan seperti ini? Jadi, kesenangan dan debaran sebelumya, apa itu hanya delusi? Atau hanya halusinasiku saja?"

"Apa kenyataan memang harus selalu menyakitkan seperti ini? Jadi, kesenangan dan debaran sebelumya, apa itu hanya delusi? Atau hanya halusinasiku saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa minggu ini, El selalu mendapatkan kotak bekal beruang putih di laci mejanya.

El menduga, bekal itu berasal dari gadis tetangga Revan.

Ahh El lupa nama gadis itu.

Kalau tidak salah bukankah namanya Tiara? Tini? Titin? Tono? Atau ....

El menggeleng pelan. Persetan!

El mendudukkan dirinya di bangku kelas, dan mengambil buku kimia setebal empat sentinya kemudian mulai tenggelam dengan angka-angka dan atom.

Tangan El meraih kolong meja dan mencari pulpen, namun coklat dan kertas surat di sana langsung berjatuhan.

El menghela napas, dia tidak mempedulikan hal itu. Tangannya masih sibuk mencari sebuah pulpen yang biasa ia letakkan.

Dapat.

Eh tapi tunggu, dimana satu-satunya kotak bekal dan sebotol air mineral yang biasa ada di dalam lacinya? Biasanya, kotak bekal itu selalu ada sebelum dia datang, pikir El.

El suka nasi goreng dengan telur dan sosis yang selalu berada di dalam kotak bekal itu, rasanya enak.

Rasa yang tidak asing.

Rasanya seperti nasi goreng buatan bundanya, dulu.

Tunggu.

Apa dia baru saja mencarinya?

Apa yang salah pada dirinya?

El kembali menggeleng pelan, dia kembali mencoretkan angka di salah satu kertas yang berada di laci mejanya.
Malang sekali para pemilik kertas surat itu, bukannya dibaca malah dijadikan kertas coretan oleh El.

"Ehh buset, si El pagi-pagi gini udah mojok aja sama si Kia," ujar Revan yang baru saja memasuki kelas diikuti Arden di belakangnya.

"Kia siapa dah? Pacarnya El? Tunangannya El?"

"Kimia, pinter!"

"Yehh elu mah kalau mau ngejek bilang aja, gue nggak suka ya, kalo dipuji nggak berdasarkan fakta!"

"Lah, elo ngaku kalau lo nggak pinter gitu?"

"Lah gue kan emang nggak pinter, gue cuman kelebihan pinter!"

"Goblok!"

"Btw El, rumor yang bilang lo udah punya tunangan itu bener nggak?" tanya Revan.

"Nahh itu! Katanya anak SMA Bima Sakti yaa? Bener nggak?" tanya Arden menimpali.

El menatap keduanya datar, kemudian kembali pada buku kimianya.

"Wahh bener tuh kayaknya! Kayaknya hari ini bakalan jadi hari patah hari se-SMA Andromeda deh!"

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang