24. Fina's side

16 3 4
                                    

"Gue tau yang lo suka itu, bukan gue. Jadi please, jangan bertingkah seakan lo suka sama gue dan stop buat ngejar-ngejar hati gue!"

🎭

"Capar!"

Fina mendengkus sebal, melangkahkan kakinya di koridor sekolah lebih cepat dan mengabaikan makhluk gila yang menyusulnya dari belakang.

"Capar tungguin! Lo mau ke mana sih? Mau antre sembako?! Buru-buru amat, buset!" serunya diikuti dengan lari-lari kecil.

"Bacot lo anjing!" seru Fina mengacungkan jari tengahnya tanpa menoleh.

Revan hanya bisa mengelus dada dan bergumam pelan. "Astaghfirullah, mulutnya. Pengen ta cipok dah, ehh ...."

"Sapiii!"

Dengan tangan mengepal, Fina melepas sepatu dan melemparkannya pada cowok itu dengan kesal. "Anjing yaa, lo!"

Revan menghindari dengan refleks, den terkekeh pelan. "Udah cocok kan? Lo sapi gue anjing, anjing bisa jagain kandang sapi loh! Sama kayak gue yang bisa jaga hati, lo ...."

Fina berbalik, bukan karena suka tapi terlalu kesal. Dia melangkah mendekati Revan dengan tangan mengepal, dan tatapan sengit.

"Lo!" serunya menunjuk wajah Revan.

"Jangan bertingkah seakan lo suka sama gue, gue tau bukan gue yang lo suka! Dan gue! Sama sekali nggak sudi jadi pelarian lo, paham!" tegasnya kemudian mengambil sepatunya dan melangkah meninggalkan Revan yang mematung di tempatnya.

Kemudian, Revan mengejar cewek itu membuat dia menoleh dan menepis tangan Revan dengan risi.

"Apa lagi bangs—--"

Umpatan Fina terhenti karena tiba-tiba mendapat pelukan dari cowok itu, dia berusaha berontak namun entah kenapa justru semakin erat.

"Sialan! Lepasin gue!"

"Tolong, gini aja sebentar ...."

"Gue mohon ...." lirihnya.

Fina mendengkus pelan, kemudian mendongak dan terkejut ketika melihat darah yang menetes dari bawah hidung Revan.

"Revan! Hidung lo!"

Revan yang memejamkan mata, perlahan membukanya dengan kening mengernyit. Tangannya refleks menyentuh bawah hidung, kemudian terbelalak.

"Revan! Revan! Jangan ngedongak, tundukin kepala lo! Nih! Nih lap aja pake sapu tangan gue!" suruh Fina menyodorkan sapu tangannya dengan panik, setalah Revan menerimanya. Gadis itu panik, dia mengacak rambutnya tidak tahu harus apa.

"I-iya, UKS! Buruan, ke UKS!" serunya kemudian memapah tubuh Revan.

"Gue bisa jalan kok," ucap Revan ketika melihat Fina yang berusaha memapah tubuh limbungnya.

"Bacot lo! Buruan, nggak usah ngomong! Napas yang bener, jangan pake hidung!"

Revan dibuat terkekeh pelan, masih ingin menggoda cewek itu. "Kalau nggak pake hidung, lo mau gue napas pake apa?"

"Pake lubang pantat lo!"

"Plisss, kepala gue nyut-nyutan. Jangan buat gue ketawa, sumpah ...." lirih Revan menggeleng pelan, masih dengan sapu tangan Fina yang masih menutup hidungnya agar darah tidak menetes ke lantai.

Setelah sampai ke UKS, Fina meminta handuk kecil sebagai kompresan dan es batu. Sementara cowok itu, membersihkan wajahnya di toilet dan kemudian keluar.

Cherished: The last Mission of GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang