Selamat membaca
Kalian terkadang pasti suka berpikir jika antara psikolog dan psikiater itu sama. Kenyataannya kalian salah besar. Pekerjaan Ara, psikiater, itu memang doktor spesial kejiwaan yang artinya memang cabang dari dunia medis. Biasanya, psikiater akan menangani masalah kesahatan yang lebih serius di bandingkan psikolog. Dalam pekerjaannya, psikiater bisa meresepkan obat untuk pasiennya.
Psikolog, itu biasanya adalah seseorang yang membantu kita melakukan sesi-sesi tanya jawab. Bisa juga kita di hipnotis. Biasanya orang-orang yang memiliki depresi atau sejenisnya akan lebih baik jika mendatangi psikolog di bandingkan psikiater yang biasanya menangani pengidap Skizofrenia, autisme, psikopat dan sebagainya.
"Sus, nanti bawain saya hasil rekap data pasien autisme tadi yang 3 bulan lalu ya. Saya mau lihat perbandingan keadaannya." Pinta Ara dengan mata yang tetap fokus membaca rekap data yang baru saja ia baca.
"Baik dok." Jawab suster tersebut dan mengambilkan data yang di minta dokternya.
Memberikan rekap data yang di minta Ara, "Ini dok." Ujar suster yang berumur berkepala pertengahan 2 itu.
"Makasih sus." Ujar Ara dengan senyumannya.
"Siap dok. Kalo gitu saya ke kantin ya, jadwal hari ini udah selesai." Jawab suster tersebut sambil pamit.
Melirik jam tangannya, "Lho, cepet banget ya? Perasaan tadi masih pagi, sekarang udah malem aja." Ujar Ara sambil terkekeh.
"Ya udah sana duluan gih." Tambah Ara.
"Siap dok. Jangan lama-lama, cepet pulang." Ujar suster tersebut kemudian hanya di jawab dengan senyuman oleh Ara.
Tak lama setelah susternya meninggalkan dia di ruangannya, Ara melepas kaca matanya. Iya, sekarang Ara memakai kacamata. Tubuhnya juga kadang suka sakit-sakit. Nampaknya kini Ara mulai menua, walau memang belum tua-tua banget, tapi baru masuk umur 40-an aja juga udah berasa banget.
Menghela nafas, "Gila! Pegel banget pinggang gua abis kelamaan duduk." Ujar Ara sambil bangkit berdiri kemudian merenggangkan badannya.
"Hehe, cepet banget, gak berasa. Bohong! Sumpah, sok akrab banget lu Ra sama anak muda." Ujar Ara mengomentari ucapannya tadi.
"Sumpah, untung hari ini udah jumat. Besok gua bisa ngorok huhuhu." Ujar Ara lagi sambil kemudian melirik gelasnya yang isinya teh. Kenapa bukan kopi? Yang jelas kalo dia minum kopi, sudah di pastikan malam dia akan susah tidur.
"Bahkan teh gua ampe jadi dingin lagi gegara lupa gua minum." Ujar Ara menghela nafas kemudian meminum tehnya yang sudah dingin.
~ ~ ~
Rencananya, Ara memang ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah hampir 3 hari ini tidak tertidur karena sibuk belajar dan juga mengecek hasil tugas para mahasiswa yang mengambil matkul nya yaitu matkul gangguan mental. Tapi kenyataannya, kini dia menyibuki dirinya dengan membaca buku-buku tebal berbahasa inggris. Ya, overthinking itu buruk, dan Ara punya itu.
Tentu saja tinggal sendirian di negara orang bukan lah hal yang mudah, apalagi bagi Ara yang dulu sudah terbiasa bersama kakaknya. Rasanya dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk berlindung.
Blam...
Ara menutup bukunya yang setebal kamus itu kemudian menghela nafas. Ya bukan tanpa alasan sih, karena ternuata di luar kini sedang hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓
Fanfiction[COMPLETED] SEQUEL PARK FAMILY Penyesalan yang datang terlambat serta penyesalan tanpa arti bercampur menjadi satu di waktu yang sama membuat Ara akhirnya memutuskan agar dirinya dan kakaknya berjalan di jalan mereka masing-masing. Ara memutuskan un...