11. Awal dari peneroran

826 102 3
                                    

Selamat membaca

Ting Tong...

"Siapa!?" Tanya Ara namun tak ada jawabannya membuat dia mengacuhkan bel rumahnya yang berbunyi.

Ting Tong...

Sekali lagi, bel rumahnya di tekan namun Ara lebih memilih mengacuhkannya.

Ting Tong....

Ting Tong...

Ting Tong...

Mendecak sebal sambil menatap tajam ke arah pintu kemudian mau tak mau dia berjalan menuju ke pintu dan melihat siapa yang ada di depan rumahnya tengah malam begini karena si tamu sangat mengganggu si tuan rumah dengan terus menekan bel.

Ara harap untuk kesekian kalinya semoga kali ini bukan orang iseng. Kalau sampai iya sepertinya di harus mensistem ulang rumahnya, karena tanpa ada siapapun yang menekan bel, tiba-tiba bisa saja bunyi dan bahkan tak jarang bunyinya terus menerus; seolah meneror dia.

"Siapa sih kok brisik ba-" Judes Ara namun terputus saat melihat siapa yang ada di depan.

"Som?" Panggil Ara ragu saat melihat keadaan Somi yang sangat mengenaskan.

• • •

Meletakkan segelas campuran bir dan soju di depan temannya sementara tangannya yang lain memegangi gelasnya yang juga berisi bir dan soju kemudian duduk di hadapan temannya itu.

Ragu, "Emmm. Lu ada masalah apa?" Tanya Ara.

Bukannya menjawab, Somi memilih mengukir senyum yang sangat terpaksa tanpa menatap si lawan bicara kemudian menenggak sedikit minumannya.

Menghela nafas, "Kalo gitu gua mau lan-" Ujar Ara sambil mengambil ancang-ancang berdiri namun terputus.

Menahan tangan Ara, "Jangan Ra." Tahan Somi, "Gua mau curhat, tapi sebentar aja. Beri gua waktu buat coba nangkep semua yang terjadi dalam waktu singkat barusan." Sambung Somi.

Menghela nafas, "Patah hati?" Tebak Ara yang tidak di balas apapun oleh Somi. Walau tanpa mengeluarkan gelagat kaget, Ara tau dari sikap Somi.

"Ini lagi musiman apa begimana sih? Kok pasien juga kebanyakan masalah begini. Bagus deh elu ke gua, kalo lu tahan ntar malah-" Ujar Ara membuka topik namun terputus.

"Ra, di sini gua yang salah ya??" Sela Somi-- memutus ucapan Ara yang belum selesai tanpa menjelaskan pertanyaannya membuat Ara mengerjapkan matanya beberapa kali karena kebingungan.

Mengubah ekspresinya menjadi lebih santai, "Coba cerita dulu deh, biar gua setidaknya ngerti." Pinta Ara.

Menenggak setengah gelas minumannya, "Ra apa gua harus berhenti dari pekerjaan gua?" Tanya Somi dengan mata suntuk penuh beban, kekesalan, kecewa, rela-- semuanya bercampur menjadi satu.

"Som... Jelasin dulu, gua gak ngerti apa-apa gimana mau coba bantu elu?" Pinta Ara baik-baik.

Ara hafal betul, bahkan di luar kepala kalau Somi itu sangat cinta sama pekerjaan dia. Ibarat perangko sama surat, gak bisa di lepasin karena nempel banget.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang