06. start

990 98 2
                                    

Selamat membaca

"Halo." Sapa Ara ramah dengan bahasa Indonesia yang medok membuat si lawan bicara membulatkan matanya bingung.

Si lawan bicara yang diketahui bernama Jena ini mempunyai beberapa luka fisik yang terlihat jelas tanpa perlu Ara susah-susah telusuri. Mata kirinya membiru, pergelangan tangannya ada bekas tali, lehernya juga memerah seperti tanda di cekik, juga tadi sempat saat dia berjalan, langkahnya terseok-seok, dan jika Ara tidak salah duga, di sekujur tubuhnya pasti ada memar.

Hah...

Miris sekali. Pelaku sangat tidak memiliki rasa kasihan kepada korban.

Terkekeh, "Aku sama kayak kamu kok, bisa bahasa Indonesia." Jawab Ara santai.

Tanpa aba-aba, si lawan bicara langsung menggenggam erat tangan Ara dengan penuh harapan, "To-tolong lepasin aku..." Mohon gadis di depannya yang belum genap 20 tahun itu.

Balik mengenggam tangan gadis remaja di depannya, "Nama kamu siapa? Kenalan dulu yuk." Ajak Ara namun gadis tersebut malah diam kebingungan.

"Aku Ara, 33 tahun. Kamu?" Ujar Ara mengenalkan dirinya sambil mengelurkan tangannya.

"A-aku lupa namaku." Jawab gadis tersebut terbata-bata dengan kepala di tundukkan serta pandangan yang tidak fokus. Jelas sekali kalau gadis itu berbohong.

"Gak apa, orang itu udah gak ada. Sekarang kamu bebas bongkar identitas kamu tanpa harus takut." Ujar Ara mencoba meyakinkan gadis itu. Jujur, saat melihat gadis di depannya, Ara jadi teringat bagaimana dia juga ketakutan saat membongkar identitasnya, walau memang tak separah gadis ini.

"A-aku Jean." Jawab gadis tersebut dengan sedikit lebih tenang namun membuat Ara mengerutkan keningnya.

"Kok?" Tanya Ara bingung.

Ragu-ragu, "Orang itu be-beneran gak bakal nyakitin a-aku lagi kan?" Tanya gadis tersebut gemetar dengan tangan yang sudah di kendalikan.

Memegang tangan gadis di depannya dengan tulus, "Tenang aja, ada aku. Orang itu gak akan berani ganggu kamu lagi asal kamu mau jawab jujur semuanya." Ujar Ara tenang dengan tatapan redug seolah menghipnotis gadis di depannya itu.

Entah, Jena baru kenal dengan wanita di depannya ini, namun entah kenapa melihat tatapan tedug serta ucapan tulus dari mulut wanita di depannya ini membuat Jena tenang.

"A-aku Jena." Jawab gadis itu pelan dengan kepala yang benar-benar tertunduk. Dia malu. Entah karena apa, tapi dia sangat malu saat menguncapkan namanya.

Melihat bahu gadis di depannya yang mulai bergetar, tanpa ragu Ara memeluk gadis tersebut dan mengelus punggung gadis tersebut, "Selamat datang Jena. Kamu udah di rumah sekarang..." Ujar Ara menenangkan membuat semua emosi yang di tahan gadis tersebut meluap.

Jena tidak tau mulai dari kapan dan sudah berapa lama, tapi yang jelas rasanya hampir seluruh hidupnya ia habiskan dengan berkeliaran di dunia liar.

Apa itu bahagia? Keluarga? Papa? Mama? Saudara? Rumah? Jena tak ingat pernah memiliki kenangan seperti itu. Yang dia ingat hanya bagaimana dirinya di cambuk, dia paksa saling bertarung agar bisa bertahan hidup, di perjual belikan bahkan hingga menyaksikan teman seperjuangannya di bunuh.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang