15. Ketemu

840 94 2
                                    

Selamat membaca

Selamat pagi dunia. Hari ini cerah, tapi rasanya sangat hampa. Hari ini, Ara kembali bertemu dengan berbagai obat yang dulu pernah ia konsumsi.

"Ca... Say hello to anti depresan, penstabil mood, and the last, obat tidur dan penenang." Monolog Ara sambil membuka satu persatu obatnya yang harus ia minum dan mengambilnya sesuai dosis yang di berikan, kecuali obat tidur dan penenang.

Baru juga mau menelan obat di tangannya, tiba-tiba Ara salah fokus dengan bayangan cermin di hadapannya. Secara sekilas dia sempat melihat hal aneh. Seperti dia melihat dirinya dengan berbagai luka di mana-mana. Tapi Ara yakin, itu pasti hanya bayangannya.

Ara menelan beberapa obat dengan di bantu air kemudian kembali menatap ke cermin yang memantulkan dirinya yang dalam balutan kaos hitam polos tanpa lengan yang tidak sepenuhnya menutupi perutnya serta juga celana pendek bewarna kuning kecoklatan, dan berlatar belakang kamar mandi di kamarnya. Matanya sempat terfokus ke bagian bibirnya yang kian hari makin menghitam.

"Oke, Kalo gitu sebisa mungkin jangan ketergantungan obat ya." Jelas Minhyun.

Menatap bingung lelaki di hadapannya, "Gua gak di keluarin dari tim?" Tanya Ara bingung.

"Kata siapa? Gak tuh." Jawab Minhyun.

"Ya kan kondisi gua-" Jawab Ara namun terputus.

"Tenang Ra, Enggak kok. Lagian generasi sekarang itu generasi di mana seorang yang punya gangguan mental bisa nyemangatin orang lain yang juga punya gangguan mental." Sela Minhyun.

"Lagian juga justru beberapa orang yang ngambil jurusan psikologi punya tujuan mau nyembuhin diri mereka sendiri, walau ya... Setelah belajarin ternyata gak bisa, ujung-ujungnya seorang dokter pun gak bisa mengobati dirinya sendiri." Sambung Minhyun, "toh justru kalo dah ngalamin bakal jauh lebih berpengalaman." Tambah Minhyun pelan.

Mengingat bagaimana ucapan Minhyun kemarin rasanya membuat ada sesuatu yang mengganjal di hati Ara. Tidak terpendam tapi juga tidak ingin meluap.

Ara menghela nafas dengan kasar kemudian membuka keran air dan membasuh wajahnya berkali-kali, bahkan sampai nafasnya hampir habis.

"Hhhhhh.... Hhhhhhh.... Hhhhhh..."

"Sika sekarang gimana? Gua sama sekali gak bisa tenang kalo cuman diem gini aja." Batin Ara sambil menatap tajam pantulan dirinya.

Tanpa membasuh wajahnya, Ara berjalan keluar dari kamar mandi dengan gelas di tangannya setelah sebelumnya dia membereskan obat-obatannya.

Brag...

"Sial." Umpat Ara setelah tubuhnya ambruk.

"Arhhhhhhhh!" Pekik Ara sebal.

Prang...

Saking kesalnya, Ara melempar gelas kaca di tangannya ke lantai hingga pecah dan berceceran di mana saja. Nafasnya pun juga menggebu-gebu.

Ara kesal. Sangat kesal. Bahkan cuma untuk berjalan biasa saja dia tidak bisa mengandalkan dirinya sendiri dan malah menangis. Seperti kecewa, tapi dengan diri sendiri.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang