Epilog : Farewell

913 92 39
                                    

A/N :

Diputer ya mulmednya!

Selamat membaca

Matahari di hari musim panas pertama menyorot terik ke arah seorang gadis yang kini tengah berjalan bebas di ruang terbuka. Tangannya nampak sibuk memegangi bunga sementara yang lain tengah mengutak-atik benda canggih di tangannya.

"Halo, kenapa?" Sapa gadis itu.

"Ara!" Panggil gadis di seberang sana dengan suara kencang. Namun tenang saja, karena kecanggihan teknologi yang bisa mengecilkan suara secara otomatis saat ada suara yang kencang, gadis yang di panggil Ara ini tidak perlu menjauhkan ponselnya seperti jaman dahulu.

"Apaan sih eonni?" Tanya gadis bernama asli Lee Aejong yang akrab disapa sebagai Ara. Lantaran, sifat dan wajahnya memang mirip dengan Ara.

"Lu dimana?"

"Dimakam tante... Ara. Ngapa? Kangen gua ya lu Bi?" Jawab Ara sambil tertawa ringan.

"Serius. Lu kapan balik? Hari ini kan ulang tahun lu. Cape nih gua dengerin ocehan papa. Selalu ngedumel ngeliat bibi. Gua jadi takut tau!" Curhat Hyunbi, kakak Aejong dan anak pertama Dino.

"Iya juga sih..." Jawab Ara menggantung, "Gua serem papa kena delusi." Sambungnya membuat Hyunbi menghela nafas kecewa.

"Bukan itu Ra!" Balas Hyunbi, "Gimana kalo misalnya... Tante gentayangin papa!?" Terka Hyunbi asal.

"Kebanyakan nonton film ah lu eonni." Bantah Ara malas.

"Ya-ya terserah lu dah. Gua tutup ye, mau beliin babeh obat sakit pala. Ngeluh sakit palanya abis liat arwah tante terus katanya liat lu bikin nyalinya ciut." Final Hyunbi.

"Sapa suruh ngadonin anak mirip kek adek ndiri saking gamon." Canda Ara, "Ya udah sana, gua juga udah sampe makam tante. Bye" Sambung Ara yang kemudian memutuskan sambungan yang membuat layar hologram kembali hilang. Sejenak, hampa mengisi latar saat Ara menatap tantenya yang konon katanya mirip dia. Ara kadang suka bingung, kenapa nama panggilan dia harus Ara? Padahal Aejong kan bagus. Apa emang semirip itukah dia sama tantenya ini?

"Hai tante. Hari ini aku juga ultah lho." Sapa Aejong sambil kemudian meletakkan sebuket bunga yang tadi ia pegang.

"Aku bukannya mau menilai jelek hidup tante, tapi aku berharap walau kita berdua katanya mirip, jangan sampai jalan hidup kita mirip ya tante." Ucap Aejong berharap lebih pada hidupnya.

"Tenang aja jalan hidup kamu beda kok."

Sebuah suara mengalihkan atensi Aejong. Sejenak, dia tertegun dengan sosok di hadapannya.

"Tante?" Panggil Aejong ragu karena sejujurnya kini dia seperti tengah bercermin. Bedanya, wanita di depannya berambut pendek sementara dia panjang.

Tertawa ringan, "Bodoh. Mana mungkin aku tante kamu. Lihat dong, aku masih seumuran kamu." Jawab gadis tersebut. Jawaban yang santai seolah mereka akrab selayaknya saudara.

"Kembaran aku?" Tanya Aejong ragu.

"Astaga, kalian cuma mirip fisik, tapi otak Ara bener-bener gak nurun ke kamu." Ejek gadis tersebut membuat Aejong mendecak sebal.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang