16. Bermain

718 84 0
                                    

Selamat membaca

"Baik anak-anak, mari kita sambut kepala sekolah baru sekolah kita dengan tepuk tangan meriah!" Pinta seorang guru membuat ia yang di sambut mengukir senyum sambil berjalan menuju ke panggung.

"Jangan bunuh dia." Lelaki tersebut berkata tegas.

Mengusap noda darah yg keluar dari robekan luka pada sudut kiri bibirnya dengan jempol kanan sambil tertawa meremehkan, "Sesuka itu?" Tanya remeh perempuan tersebut.

"Apa lebih nya sih." Sambung perempuan tersebut mendecih kemudian bangkit berdiri dengan kaki pincang.

"Liat aja, Gua bakal buktiin kalau perasaan lu sia-sia. Liat aja pake mata kepala elu." Tambah perempuan tersebut kemudian berjalan keluar.

Memegang bawah gelas wine nya, "Kalau memang benar, Gua bakal bantu rencana lu berjalan."

"Selamat pagi anak-anak. Saya Im nayeon, kepala sekolah baru sekolahan ini." Kenal Nayeon dengan senyum lebar di wajahnya.

"Gak usah kaku-kaku tapi tetap hormat ya sama saya. Kalau ada yang tidak mengenakkan, silahkan bicarakan ke saya atau guru lainnya." Ujar Nayeon.

"Ah iya, saya alumni sini, jadi tau kok gimana sistem di sekolah ini." Ujar Nayeon membuat anak murid memberi respon kaget.

"Semoga kita semua, saya, para murid, para orang tua, dan segenap guru serta karyawan nyaman untuk kedepannya." Final Nayeon sambil membungkukkan kepalanya sedikit kemudian bertepuk. Dia bertepuk tangan sembari menatap bangga dengan apa yang ada di depannya.

Rencananya berjalan satu persatu sesuai dengan yang di harapkan. Kita tinggal menunggu kapan remcana dia selanjutnya akan berlangsung.

~ ~ ~

"Ra. Kamu yakin?" Tanya Doyoung ragu sambil menahan tangan adiknya itu.

"Gua harus ketemu Sika bang. Gua gak tenang." Ujar Ara tegas sambil menghempas tangan kakaknya yang menahan pergerakannya itu.

Selesai membereskan bawaannya, Ara berjalan menuju ke meja di samping kasurnya kemudian mengambil obat penenangnya dan menuang beberapa butir ke tangannya.

"Ra!" Tahan Woozi.

"Lu sama aja pecandu narkoba Ra. Dosis lu itu udah tinggi." Ujar Ten dengan nada kecewa serta tangan di lipat depan dada sementara Kun menyenggol tangannya.

"Lu dokter, pasti tau lebih dari kita." Tambah Hoshi sedikit emosi karena Ara tak menghiraukan mereka dan menelan beberapa butir obat penenang.

"Gua harus bisa tenang bang buat ngadepin segala kemungkinan." Ujar Ara, "bahkan yg terburuk sekalipun." Sambung Ara dalam batin.

"Ya udah, ayo." Ajak Doyoung.

Menepuk pelan pundak Doyoung, "Kabarin kita kalau ada yang aneh. Firasat gua bilang mereka bakal bertindak." Bisik Kemudian menatap Doyoung dengan tatapan serius.

---o0o---

"Gua tau sebenernya ini bahayain Ara, tapi sayangnya Sika cuma mau ketemuin Ara. Gua sama sekali gak bisa ngebujuk dia, Doy." Jelas Jennie selagi Ara sedang ke toilet yang berada di dalam ruangan ini.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang