17. 1 Minggu 7 jam

575 80 2
                                    

Selamat membaca

Plak...

"Heh. Bangun lo. Gak usah manja-manja."

Plak...

"Sinting." Komen Lami sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Tapi serius, seru anjir." Jawab Nancy membuat temannya yang lain memutar bola matanya.

"Tapi ngomong-ngomong, bangunan ini bagus juga." Ujar Lami sambil menatap setiap sudut gedung tua yang luas tersebut. Gedung besar terbengkalai yang sangat jauh dari hiruk pikuk manusia.

"Keknya masih lama deh dia bangun. Mending makan dulu, perut gua udah keroncongan. Ntar gua gak ada tenaga buat main sama dia." Ajak SinB sambil memegangi perutnya yang lapar.

"Boleh juga deh. Gua gak laper sih, tapi itung-itung buat nambah tenaga." Jawab Nancy sambil bangkit berdiri setelah sebelumnya dia berjongkok di depan Ara.

"Ikut deh." Ujar Lami.

"Ya udah, kalian bertiga aja sono. Gua di sini." Ujar Jeongyeon.

"Oke. Kabarin kalo dia dah sadar." Final SinB kemudian memeluk lengan Lami dan Nancya, "Let's go."
Baru juga mereka jalan benerapa langkah menjauh, "Kalian, berhenti." Ujar Jeongyeon membuat mereka bertiga mendecak.

"Apalagi si breng-" Umoat SinB emosi namun terputus.

"Wah, si manja udah bangun." Ijar SinB dengan wajah berbunga, "Di waktu yang salah." Sambung SinB dengan mengubah ekspresinya menjadi kesal tepat saat melihat perlahan mata Ara berkedip lemah.

"Cepet panggil Na-" Suruh Jeongyeon namun terhenti saat melihat siapa yang melangkahkan kakinya mendekat ke arah mereka.

Tak... Tak... Tak...

Berjalan mendekat dengan sepatu haknya yang berbunyi lantang tanpa terhambat di temani gelas Wine di tangannya, "Welcome, Lee Areum." Sambut Nayeon dengan senyuman pada bibir merahnya dan tatapan mengejek. Setelah itu, Nayeon memberi aba-aba ke salah satu di antara kaki tangannya itu untuk membuka lakban yang menempel di bibir Ara.

"Dino... Abang gua dimana?" Tanya Ara lemas dengan pandangannya yang masih kabur.

Terkekeh selayaknya orang gila kemudian menenggak habis wine nya, "Hell. He's in Hell." Jawab Nayeon.

"Aish.. Brengsek." Umpat Ara kemudian dia membuang ludah tepat ke arah Nayeon. Andai saja kaki dan tangannya tidak di ikat kuat di tembok, pasti dia sudah menjedotkan berkali-kali wajah Nayeon yang sangat menyebalkan itu.

Plak...

"Diam!" Suruh Jeongyeon serius.

Membalikkan badannya membelakangi mereka semua, "Main aja sepuas yang kalian mau, tapi jangan sampai mati. Dia masih punya sesuatu yang harus di bayar di dunia ini." Ujar Nayeon kemudian beejalan menjauh.

"Enaknya di apain Lam? Copot giginya? Potong jarinya?" Tanya SinB.

"Halah kayak mental lu kuat aja." Balas Nancy sambil berjalan mendekati Ara.

Regret [SEVENTEEN X NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang