[11]

3.3K 299 15
                                    

“Kalau Tania pindah, Mami pasti kesepian,” kata Dewi Sinta dengan sangat sedih.

Mami dan Papi kini duduk di sofa yang berhadapan dengan Hino dan Tania. Tania pun sebenarnya belum siap jika harus hidup berdua saja dengan Hino. Alasannya sudah jelas karena pernikahan mereka yang dirahasiakan. Jika tinggal di sekitar Hino, besar kemungkinannya mereka akan terlihat oleh teman-teman Hino.

“Tania sedang hamil, Mi.”

“Kamu kan kuliah, terus Tania sama siapa?” tanya Dewi.

“Hino juga kan nggak seharian di kampus. Lagian kalau Tania di sini Hino nggak tenang, Mi.”

Akhirnya dengan berat hati Dewi mengizinkan Tania untuk tinggal bersama Hino di Bandung. Untuk pekerjaan Tania di Alendra, sejak hari Tania pingsan Ben telah 'memecat' menantunya itu.

Tania kini tengah berbaring tak nyaman di ranjang mereka. Hino baru saja keluar. Saat sedang memikirkan kepindahannya itulah, Tania mendengar ponselnya bergetar.

“Hay, Gi,” jawab Tania.

“Apa kabar, Kak Tania? Udah mau tidur?” tanya Nagita.

“Belum. Kamu sehat, Gi? Kuliah kamu gimana?”

“Kuliah biasa aja sih, Kak. Kakak gimana sama Kak Gio?”

Hening.

Tania terdiam cukup lama. Tania mengembuskan napasnya sebelum menjawab Nagita, “Kita baik-baik aja kok,” jawab Tania tepat saat itu Hino masuk ke kamar mereka.

“Tuh kan bener. Kak Gio bohong. Aku nggak percaya dia,” dumel Nagita.

“Dia ngomong apa sama kamu?” tanya Tania.

Hino duduk mendekat di samping Tania begitu melihat wajah gadis itu waspada. Tania menggigit kecil bibir bawahnya bersiap untuk mendengarkan jawaban Nagita.

“Masa Kak Gio bilang Kak Tania udah nikah!” Tania terkesiap.

“Di-dia bilang gitu ke kamu?” tanya Tania dengan gugup. Jelas sekali Tania sedang berusaha santai.

“Nggak sih. Sebenarnya Kak Gio itu nanya apa bener Kak Tania udah menikah.”

“Hhha. Ya enggaklah. Nikah sama siapa juga, kan ... Nggak mungkin aku nggak ngasih tahu kamu.” Hampir saja Tania mengatakan bahwa tidak mungkin ia menikah kalau bukan dengan Argio. Tetapi melihat Hino yang sedang memperhatikan percakapan Tania, gadis itu merasa takut salah omong.

“Ya udah sih. Nggak usah dipikirkan. Kita ada masalah dikit aja kok sebenarnya,” tandas Tania.

“Iya, Kak. Syukurlah kalau enggak. Aku sempat takut juga sih, Kak, kalau berita dari Kak Gio itu emang bener. Tapi aku percaya sama Kak Tania,” ucap Nagita.

Pembicaraan mereka terputus. Tania mengembuskan napas lega. Tiba-tiba pikiran Tania berputar pada kejadian malam sial itu. Apa yang membuatnya kehilangan kontrol? Apa mungkin makanan atau minuman yang dikirim Nagita?

“Gimana kalau Nagita tahu, No? Kalau aku ikut kamu, mungkin Nagita bisa saja melihat aku.”

“Nggak akan. Nagita nggak tahu apartemen baru kita,” ucap Hino.

Hino memang telah mencari apartemen yang lebih besar dari sebelumnya. Itulah sebabnya ketika Hino mengatakan bawa ia meninggalkan Tania di rumah Mami sementara ketika ia mengurus sesuatu, sebenarnya Hino sedang mencari apartemen yang layak. Hino sama sekali tidak berniat tinggal berjauhan dari Tania sebab Hino membutuhkan Tania untuk urusan dalam tanda kutip. Sejak malam itu yang memang ia lupakan dan setelah tahu bahwa ia pernah melakukannya dengan Tania, Hino menjadikan Tania candunya. Seperti saat ini Tania tidak jadi mengutarakan keberatannya sebab ia harus melayani Hino lagi.

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang