[24]

3.3K 302 26
                                    

Ramein ya ada perkumpulan orang tampan

®®®

”Maaf, ya, Gio ....”

Algasha sudah tenang dalam gendongan Tania. Makanya Tania bisa keluar dari kamar sambil membawa Algasha dalam pelukan. Tania mendapati bukan cuma Argio yang duduk di sana. Ramai sekali. Lebih mengejutkan adalah tatapan Hino kepadanya.

”Hay, Tania.” Mario memecah keheningan yang mencekam. Bahkan Nagita, ini Nagita, pun sampai mengusap dada akibat lega. Kalau biasanya dia tidak bisa diam, sekarang Nagita berhasil mematahkan rekor itu.

”Kami datang, mau lihat si baby ganteng.”

”Oh, sudah lama?” Tania berjalan ke arah ... dia melihat Hino dan Argio. Terakhir kali Nagita bilang suami Tania adalah Argio. Hino mungkin marah. Pasti marah. Mereka belum membahas hal itu. Jadi, Hino berubah karena kata-kata Nagita ... mungkin.

Hino hanya marah karena dirinya tidak dianggap atau karena Hino tahu? Tania jadi panik membayangkan seandainya Hino menyadari kesamaan nama mantan Tania dengan kakaknya sendiri.

Sepertinya Hino sudah tahu. Baru saja tahu karena Tania memanggil Argio ‘Gio’. Hino yang dipilih Tania untuk didekati. Tania berjalan ke kursi yang diduduki Hino. Dan memberikan Algasha ke pangkuan Hino.

Mario tambah kaget waktu Tania duduk di bawah Hino. Pada bangku single itu Tania bersimpuh di karpet dan meletakkan tangannya di atas paha Hino, melihat Hino dengan takut-takut.

”Hey! Ada yang bisa menjelaskan?” tanya Mario. Dia memperhatikan wajah datar Argio yang ada di sebelahnya, lalu Nagita dan Jason yang bersebelahan.

”No? Ini apartemen siapa?” tanyanya pada Hino yang tatapannya tertuju kepada Tania.

”Buset! Kalian ....” Mario menjambak rambutnya.

”Bukan cuma apartemen, Tania sama bayi itu juga punya elo? Wow! Ini kejutan.”

Algasha bergerak. Hino cepat mengusap tubuh anaknya. ”Ssst,” kata Hino, menatap bayinya penuh cinta.

”Maaf?” kata Tania pada Hino. Suaranya pelan.

Hino menatap Tania sebentar. Dia kemudian melihat Argio dan Tania tahu bahwa Hino memang sudah mendapatkan kebenarannya.

Hino beralih menatap Mario dengan sombong. Memegang bahu Tania bahkan mencium pelipis Tania sebelum berkata, ”Mereka semua milik gue.”

Tania yang mendapatkan ciuman sekilas merasa kekurangan oksigen. Tiba-tiba pasokan udara ke paru-parunya tersendat hingga dada Tania berdetak sangat kencang. Adakah hubungannya dengan perlakuan Hino barusan? Ataukah karena pengakuan Hino di hadapan banyak orang. Selama ini diam-diam Tania ingin mendengarkan kalimat itu dari mulut Hino.

”Apa yang gue milikin, nggak akan gue lepasin.” Hino meremas bahu Tania menunjukkan kepemilikan terutama kepada Argio.

Argio menerima pesan itu hanya menarik napas pendek. Argio menepuk kaki Mario, mengajak semuanya untuk meninggalkan apartemen Hino.

”Yah ini gara-gara Mario, Baby Jason. Kita nggak jadi lama-lama liat baby-nya Kak Tania. Oh iya, Kak Tan, baby udah dikasih nama?”

”Algasha,” kata Hino.

”Panggil Al juga boleh,” tambah Tania.

”Waaah! Aku suka! Bagus banget tau namanya. Baby Al. Cocok sama muka gantengnya.”

”Siapa dulu bapaknya?” ucap Hino bangga.

”Nono emang cakep, tapi Kak Tania juga cantik. Lebih dominan Kak Tan deh daripada Hino.”

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang