[17]

2.7K 283 17
                                    

Hari ini beneran lupa update Hino. Kalo nggak diingatin, lewat. 😄 Eh pas dilihat, kayaknya part kemaren juga gak rame yang baca. Untung aja udah niat baik (update) gak baik jika diubah.

***

Nazkila berlari-lari kecil ke ruangan Bunda. Rambut hitam ikut bergoyang oleh lompatannya. Hati Nazkila sangat senang setelah bertemu dengan tante tadi. Wajah kecil itu tersenyum ketika menemui sang bunda.

“Ada Tante cantik Bunda. Tante gendut tapi cantik sekali. E eh tantenya bukan gendut tapi lagi hamil Bunda,” jelas Nazkila.

“Ayo, Bunda. Nanti tantenya bosan nungguin Bunda. Ayo!”

Bunda menggelengkan kepala melihat tingkah anak asuhnya itu. Ia ikut saja ketika tangannya ditarik oleh Nazkila.

Bunda langsung mengenali wajah cantik yang duduk di depannya. Wajah anak yang sangat ia rindukan. Bunda mendekat kepada Tania yang sekarang sudah berdiri.

“Bunda,” ucap Tania ketika Bunda datang kepadanya.
Air mata Tania kembali mengaliri wajah putihnya. Kali ini ia menangis karena bahagia sebab bisa memeluk Bunda lagi. Tania telah menjadi wanita cengeng sejak usia kehamilannya memasuki trimester ketiga.

Bunda mengamati wajah cantik Tania lalu mengusap air mata gadis itu. Ia juga baru menyadari perubahan tubuh Tania. Bunda langsung membawa Tania duduk kembali.

“Tania rindu sekali sama Bunda. Maafin Tania, Bunda, karena nggak pulang-pulang,” jelas Tania masih dalam isakan kecil.

“Bunda juga kangen sama kamu,” jawab Bunda.

“Kamu udah menikah,” kata Bunda. Ia melihat wajah sedih Tania ketika disinggung tentang pernikahannya. Tania semakin terisak dan memeluk Bunda dengan erat.

“Maafin Tania, Bunda. Tania nggak ada maksud buat nggak ngasih tahu soal pernikahan Tania. Tania ....”

Bunda mengelus kepala anaknya itu untuk menenangkan Tania. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

“Jadi sekarang kamu tinggal di Bandung?” tanya Bunda setelah Tania menceritakan soal pernikahannya. Tania men-skip bagian saat Lafila dan Aldy menangkap basah dirinya di kamar dalam keadaan yang sangat memalukan pagi itu.

“Iya, Bunda. Kita tinggal di apartemen suami aku. Oh iya, Tania juga udah ketemu Nagi, Bun,” jelas Tania. Senyuman Tania langsung pudar saat mengingat Nagita lagi.

“Bunda dateng ya besok ke rumah mertua aku. Ajak adik-adik, Bun. Mami pasti seneng melihat adik-adik,” ucap Tania.

“Jadi mertua kamu mau bikin acara tujuh bulanan kamu?” tania mengangguk.

“Nggak apa-apa kalau Bunda dateng sama mereka?”

Bunda melihat Nazkila yang berdiri di belakang mereka. Mata gadis itu kelihatan berharap.

“Hmm. Nanti yang bakal datang keluarganya Mami Papi, keluarga Kak Aldy dan Mbak Niza. Kita nggak mengumumkan pernikahan ini ke orang di luar kerabat dekat, Bun,” jelas Tania.

“Aku boleh datang kan, Tante?” tanya Nazkila.

“Panggil Kak Tania, Sayang. Ini kakak kamu. Dulu sering gendong Naz waktu bayi,” tegur Bunda.

“Oh ya, Kak Tan gendong Naz? Waaah ... Nanti kalau adek Kak Tan udah lahir, Naz juga boleh ya gendong adek,” pinta Nazkila. Wajahnya berbinar membayangkan kelucuan adiknya nanti. Tania mengangguk. Tania membawa Nazkila dalam pelukannya.

“Kak Tan kangen sama Nazkila,” ucapnya.

***

Hino menurunkan belanjaan maminya di dapur. Ia segera keluar dan berpapasan dengan Dewi di ruang tamu.

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang