[18]

2.7K 261 48
                                    

Kemarin Hino nggak update, yaa.

Maukah hari ini double?

Ceritanya ini suka-suka banget, sumpah. Nggak mikirin konflik, nggak ada yang spesial sama sekali. Jadi, KaSev makasih banget sama yang tahan bacanya sampai sini. Banyak kesalahan di sana-sini.

***

Tania kehilangan seluruh kekuatannya. Kakinya sangat lemas hanya untuk tegak berdiri saja. Ia berjalan ke lantai dua dibantu oleh Hino. Hino memapah Tania dengan sangat hati-hati mengingat istrinya sedang berbadan dua. Tania memegang tangan Hino untuk duduk di tempat tidur.

Hino segera membuka lemari pendingin mini yang terletak dekat pintu kamar. Ia menuangkan segelas air putih ke gelas.

"Minum dulu." Hino meminumkan air dingin kepada Tania.

"No, aku ... Ak—" Ucapan Tania terputus. Mulutnya kaku ketika akan mengatakan yang sebenarnya antara dirinya dan Argio di masa lalu. Tentang hubungan mereka.

Jujur.

Ternyata sulit untuk berkata jujur. Sulit untuk bersikap terbuka. Tania akhirnya menunda untuk memberitahu Hino. Lagian mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.

***

Hino menemui keluarganya yang masih berkumpul di ruang keluarga. Saat ini tinggal keluarga Assasi saja, Tante Via dan Om Argo serta kedua anak mereka Argio dan Dea. Hino duduk di samping Maminya yang juga duduk di samping Papi.

"Hoi, calon ayah!"

Dea melempar wajah tampan Hino dengan kulit kacang. Hino membalas kelakuan kakak tirinya itu, sehingga mereka menjadi perhatian seluruh keluarga.

"Udah setop, Dea!" tegur Via kepada anak gadisnya.

Kedua orang itu hanya berjarak setahun saja. Karena itulah, mereka bisa 'akrab', tidak seperti Argio yang selalu memasang tembok tinggi terhadap Hino serta maminya.

"Lo kapan nyusul gue, De?" tanya Hino.

"Hiis." Dewi memukul kepala Hino. "Panggil kakak!" tegur Dewi.

"Aaah, Mami. Dia nggak cocok buat jadi kakak. Lihat kelakuannya, manja lagi!" cibir Hino saat melihat Dea yang beringsut merangkul Argio.

"Yang manja itu siapa? Elo kali! Udah nggak cocok lagi manja-manjaan! Bentar lagi lo jadi bapak! Eh emang lo bisa ngurus anak nanti? Gue nggak yakin orang kayak lo bisa! Bisanya bikin aja kan lo?" serang Dea.

Serangan demi serangan pun mampir di kepala Dea. Hino mendorong kepala gadis itu. Via memukul bibir Dea. Dan Argio mencubit pipinya. Dea mengaduh kesakitan walaupun sebenarnya serangan itu tidak sakit.

"Kalau ngomong, jangan sembarangan, Dea!" tegur Via.

"Bercanda, Ma. Kapan lagi bisa bully anak satu ini. Jarang-jarang ketemu dia."

"Kenal di mana sama Tania?" tanya Argio membuka suara pertama kali.

"Hhhm. Kenal dari Nagita temen di kampus," jawab Hino.

"Udah berapa lama kalian berhubungan?" selidik Argio.

"Kita nggak punya hubungan apa-apa, Bang, yaah kenal gitu aja," jawab Hino, tapi akhirnya dia menyadari keanehan di sini.

"Bang Gio kenal Tania? Sebelumnya?" tanya Hino.

"Eheeeem ... Kita pulang aja deh yuuuk, Ma, Papa. Ayo, Bang Gio," ajak Dea memutuskan pembicaraan kedua anak Dewi Sinta itu.

"Eeh kalian tidur di sini aja. Mami udah siapin kamar masing-masing buat kalian. Sekarang udah malem lho," bujuk Dewi.

Setelah melancarkan bujukannya, akhirnya keluarga Assasi bersedia untuk menginap di rumah itu. Mereka menempati kamar tamu. Argo dan Via berpamitan untuk beristirahat terlebih dahulu. Sedangkan Dea memaksa sang kakak untuk menemaninya hingga tertidur.

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang