[16]

2.8K 254 7
                                    

Sebulan lamanya Nagita menjalani aktivitas barunya. Setiap pagi gadis itu harus berkeringat mencari sarapan untuk Juventus. Dan sepanjang hari dengan bersungut-sungut ia melaksanakan perintah lelaki itu. Akibatnya Nagita jadi jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.

“Jupri!”

Nagita memekik di telinga Juventus yang sedang tidur. Saat ini mereka berada di atap gedung kampus. Setelah mendapatkan makanan pesanan Juventus, lelaki itu meminta Nagita naik ke atap gedung hingga sudah dua jam mereka berada di sini. Nagita masih menunggu Juventus memenuhi janjinya.

“Jupri bangun!”

Nagita mengguncang-guncang bahu Juventus. Lelaki itu masih tidak terusik, sepertinya dia sengaja. Oleh karena itu, Nagita berniat akan mengerjai balik lelaki songong itu. Nagita beranjak dari lantai tempat Juventus berbaring untuk mengambil sebuah ember. Kebetulan sekali berisi air. Nagita tersenyum iblis dan mendekat ke Juventus. Nagita menyiram Juventus dengan air di ember itu.

Merasakan tubuhnya basah, Juventus langsung bangkit lalu memegang tungkai Nagita. Nagita oleng dan tersungkur di lantai. Dengan sigap tangannya menahan bobot tubuhnya sendiri agar tidak membentur lantai.

“Lo kasar banget sih?” kesal Nagita.

Juventus lalu membalas Nagita dengan menyiram tubuh gadis itu dengan sisa air di ember.

“Bercanda kamu keterlaluan tahu nggak!” bentak Nagita. Ia memeluk tubuhnya yang basah. Kemeja tipis yang ia gunakan tidak dapat menyembunyikan apa yang ada di baliknya.

Sial.

“Lo mau tahu gue naruh apa di minuman itu?” tanya Juventus.

“Lo kasih obat kan?” tebak Nagita.

“Gimana? Pasti nikmatin banget efek obat itu.”

Nagita menatap mata Juventus dengan penuh amarah. “Setan lo, Juventus!” pekik Nagita. “Gue salah apa ama lo?” tambahnya.

“Nggak inget? Atau pura-pura lupa?” tanya Juventus. Ada kilatan api dalam bola matanya. Kedua tangan pemuda itu mencengkeram pundak Nagita.

“A-aku nggak sengaja melihat mereka. Aku nggak bohong. Kamu harus percaya omongan aku. Dia itu memang perempuan nggak bener. Aku ke sana untuk nyelesein hubungan Hino dengan perempuan itu, tapi aku malah melihat sesuatu yang menjijikkan kayak gitu,” jelas Nagita lancar.

Juventus melonggarkan cengkeramannya.

“Waktu itu aku pikir Hino satu-satunya pacar perempuan itu. Aku nggak nyangka ternyata hal itulah yang jadi alasan Hino mutusin dia. Aku nggak tahu sama sekali kamu juga terlibat sama dia,” tambah Nagita.

“Kenapa baru sekarang lo jujur? Kenapa?” Ada penyesalan dalam kalimat Juventus.

Nagita menyeka air matanya yang tanpa sadar sudah luruh. Tubuhnya mulai kedinginan. Gadis itu menyesali tindakannya dulu. Karena dia, kemalangan menimpa Tania. Harusnya dia menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Juventus. Bukan malah memprovokasi lelaki itu, sehingga ia sakit hati kepada Nagita.

Nagita sengaja mengolok-olok Juventus yang tertarik kepada Voni. Voni adalah perempuan yang tidur dengan banyak lelaki ketika statusnya berpacaran dengan sahabat Nagita. Hino memang asal menerima saja siapa pun untuk menjadi pacarnya.

“Iya aku yang salah. Maafin Nagi, Kak,” ucap Nagita sambil memeluk lututnya. Ia ingat keadaan Tania saat ini. Nagita dapat merasakan apa yang Tania rasakan. Banyak pihak yang tersakiti. Seharusnya Nagita yang mengalami nasib sial itu. Kenapa harus Kak Tania?

***

Tania sedang mengajak calon bayinya berbicara. Usia kandungannya sudah tujuh bulan. Berat badan Tania pun semakin naik. Tania bahagia menunggu kehadiran buah hatinya. Kedua calon orang tua muda itu sengaja ingin menjadikan kejutan jenis kelamin anak mereka.

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang