Karena ceritanya mau tamat, siap-siap yaah pisah ama Hino Tania. Makasih buat yang menikmati cerita ini. Kasev tahu mungkin banyak yang salah dan nggak layak ditulis apalagi dipublish. Pedenya tetap aku post 😅😅
***
”Akhirnya! Lo lulus duluan!” Mario memeluk Hino dengan rasa bangga. Hino mampu menyelesaikan studinya dalam tiga setengah tahun.
Mario sendiri masih tertatih bimbingan skripsi, sedangkan Jason tidak ada kabar sejak pindah ke luar kota. Semenjak itu, Nagita juga ikut hilang dari kumpulan mereka. Banyak hal telah berubah beberapa bulan ini.
”Wes, nggak usah diulang-ulang. Gue udah hafal alasan lo!” larang Mario, menyetop kata-kata yang akan diucapkan Hino.
”Elo wajib lulus sesegera mungkin biar ortu lo ngizinin Tania dikenalin sebagai istri lo dan Al sebagai anak lo—ya memang anak lo, gue tau. Gak usah melotot! Sumpah lo yang kayak gini nggak asyik. Gue lanjut. Karena tiap lo pulang ke Palembang, orang ngiranya Tania itu istrinya kakak lo dan itu bikin dada lo berasap. Padahal mereka kaga tau malemnya Tania—”
”Lo kalo nggak bacot, nggak bisa hidup, ya.” Hino menggampar kepala Mario dengan toga.
”Pusing gue pusing. Tinggal gue doang di sini. Habis ini lo nyusul Tania?”
”Otak lo emang nggak pernah di-restart. Sebelum ada Tania, gue udah distempel bokap ambil alih usaha dia. Bisa nggak, nggak usah dikit-dikit Tania?”
”Bajingan kayak lo emang sudah distempel untuk menyakiti hati wanita. Nggak heran lagi Tania sampai kabur ke rumah emak lo.”
”Si-sialan!” Hino menarik lengan panjang jubahnya, mengipas-ngipas wajahnya dengan toga.
”Hidup lo udah ketergantungan sama si Cebol. Lihat kan waktu dia pergi, nggak ada yang bisa menghalau cewek yang deketin elo. Makanya dari dulu lo harus tegas! Bego sih dipelihara. Nolak cewek aja pake perasaan.”
Hino ingin marah. Kepada Tania yang tidak bisa percaya. Kepada Nagita yang pergi entah ke mana. Kepada Jason yang menjadi sumber hilangnya Nagita. Dan kepada Juventus dalang dari semua masalah ini. Lalu haruskah Hino marah kepada diri sendiri? Lelaki yang baru saja wisuda itu menggertakkan giginya.
Begitu tersiar kabar bahwa Hino tidak lagi memiliki Nagita sebagai guardian angel, para cewek kembali mendekati Hino. Mantan yang diputuskan Hino lewat Nagita pun datang silih berganti. Hanya dalam tiga bulan, rumah tangga Hino dan Tania diserang badai. Tidak ada lagi keharmonisan dalam kehidupan mereka.
Tania melihat Hino bersama perempuan yang berbeda-beda, baik di ponsel lelaki itu atau secara langsung. Hino berduaan dengan wanita lain di malam hujan, berpelukan, bermesraan, berciuman, dan berjalan keluar dari hotel. Yang jelas semua itu hanya tuduhan Tania karena Tania tidak ingin mendengarkan penjelasan Hino.
Sekarang Hino menyadari dialah yang sangat salah. Hino selalu emosi jika Tania mulai mencurigainya. Hino tidak sempat menjelaskan apa-apa karena dia bisanya hanya marah, menyalahkan Tania yang tidak mempercayai dirinya sedikit pun.
Sudah tiga bulan Tania di rumah orang tua Hino. Mami mengusulkan agar mereka berpisah dulu sampai Hino tamat dan bisa fokus kepada masalah rumah tangga. Mereka berdua sepakat tidak memberitahu kedua orang tua. Hino mengatakan pada Dewi Sinta bahwa Tania dan Algasha perlu tinggal di rumah, bukan apartemen. Hino akan menyusul anak dan istri begitu menyelesaikan kuliahnya.
”Tuh Mami Dewi dan bokap lo udah manggil dari sana. Dan kayaknya mereka bawa kejutan.”
Hino pun berbalik badan untuk melihat kejutan apa yang dibawa Dewi dan Ben. Hino berharap Tania dan Algasha juga datang di hari kelulusan Hino, meskipun kata maminya Tania tidak bisa ikut karena demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hino (Complete)
Romance*** Tania baru saja mengakui perasaan cintanya kepada Argio setelah berkencan sekian lama. Pasangan ini masih malu-malu mengungkapkan ketertarikan mereka. Sentuhan fisik yang mereka lakukan baru sebatas cium di pipi sekali. Argio yang sudah lama ber...