Kadang berkorban itu perlu. Dan pula ada konsekuensi atas setiap perbuatan.
🏓🏓🏓
“Kamu pakai baju ini ya, Tan, pasti cantik banget.”
Tania melihat gaun yang disodorkan Lafila kepadanya. Gaun itu berwarna gading dan dihiasi payet dari leher hingga ke dada. Tania mencoba gaun yang kelihatannya mahal itu dan pas sekali, panjang gaun menutupi mata kaki.
“Kamu dandan yang cantik!” ucap Lafila.
Tania memperhatikan Lafila yang malam ini juga berpakaian semi formal dengan gaun malam biru menjuntai. Rambut panjang Lafila hari ini dijalin menyamping, sehingga kecantikan wanita itu mengalahkan tokoh kartun Elsa.
“Ada acara apa ya, Mbak?”
“Acara makan malam,” jawab Lafila.
“Begini nggak apa-apa kan, Mbak?” tanya Tania.
Tania hanya memakai bedak tanpa alas bedak dan lipkrim merah serta menggulung rambutnya. Anak-anak rambut yang nakal keluar dari tatanan itu, membuat penampilan Tania begitu ayu.
“Yap cantik. Kamu pakai ini,” kata Lafila menyerahkan kotak sepatu. Tania membuka kotak yang berisi high heels dua belas senti berwarna gold.
“Nah sekarang kita berangkat,” ucap Lafila riang.
Tania mengerutkan alis melihat keantusiasan Lafila. Makan malam apa sehingga mereka harus berdandan sedemikian rupa?
Tania dan Lafila masuk ke sedan merah milik Aldy. Tania duduk di belakang bersama Lafila yang tidak mau menemani suaminya di depan. Aldy hanya bisa pasrah menjadi sopir untuk dua wanita kesayangannya.
Mobil Aldy memasuki parkiran hotel bintang lima. Mereka bertiga naik lift menuju lantai teratas gedung tempat restoran yang telah direservasi oleh Aldy berada.
“Dalam rangka merayakan apa sih, Mbak, sampai kita makan malam di hotel ini?” tanya Tania.
Lafila tersenyum penuh arti kepada Tania, sedangkan Aldy merangkul pinggang Lafila dan mereka pun jalan berdampingan.
Tania mengikuti pasangan suami istri itu dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya. Aldy ternyata telah mereservasi sebuah ruangan privasi untuk malam ini. Seorang pramusaji atau entahlah yang berseragam merah hitam dengan rambut disanggul mempersilakan mereka bertiga masuk ke sebuah pintu yang bercat hitam kokoh. Tania mengikuti langkah Aldy. Tania masih berpikir ada acara apa sebenarnya malam ini?
Tania duduk di sebelah Lafila dan di samping Lafila ada Aldy. Anehnya lagi masih ada tiga bangku kosong di depan mereka yang menandakan bahwa makan malam tidak hanya dihadiri mereka saja. Tania melemparkan tatapan bertanya kepada Lafila. Namun Lafila kembali memasang senyuman misterius.
Beberapa menit kemudian pintu terbuka dari luar dan muncullah dua orang yang sudah agak berumur. Ketika dua orang itu, laki-laki dan perempuan, mendekat ke meja, Tania langsung mengenali siapa orang tersebut. Yang laki-laki adalah Ben Alendra, bosnya di kantor dan yang wanita dapat dipastikan adalah Nyonya Dewi Sinta, istri bos Tania.
Kedua pasangan suami istri itu mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan Aldy dan Lafila. Mereka memberikan senyuman sebelum duduk kepada Tania, Aldy, dan Lafila.
“Selamat malam, Om Ben,” sapa Aldy.
“Malam, Aldy. Maaf kami terlambat, kalian tidak bosan kan menunggu kami?” tanya Ben berbasa-basi.
“Tidak masalah, Om. Kami akan menunggu dengan sabar,” balas Aldy.
“Halo cantik, bagaimana baby? Sehat?” tanya Dewi menyapa Lafila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hino (Complete)
Roman d'amour*** Tania baru saja mengakui perasaan cintanya kepada Argio setelah berkencan sekian lama. Pasangan ini masih malu-malu mengungkapkan ketertarikan mereka. Sentuhan fisik yang mereka lakukan baru sebatas cium di pipi sekali. Argio yang sudah lama ber...