Masih bangun?? Kalo gitu, selamat membaca.
Tania berteriak sekuat tenaga memanggil nama Hino yang sibuk mengacak-ngacak kamar. Karena terlalu fokus membantai kamar, Hino tidak mendengar panggilan-panggilan Tania yang pelan sehingga mengharuskan Tania berteriak.
Di sinilah Hino kini melihat sang istri memberikan tatapan tajam akibat ulahnya menghancurkan kamar.
“Kamu kan bisa bertanya sama aku,” kata Tania.
“Kamu lihat, akibat ulah kamu sekarang kamar ini udah nggak layak lagi disebut kamar.”
“Aku lupa meletakkannya di mana, Tan, hari ini aku ada presentasi. Semuanya disimpan di flashdisk itu,” jelas Hino.
“Kamu bisa tanya,” ulang Tania.
“Kamu kan lagi sibuk, nanti yang ada kamu ngomel karena masalah sekecil ini ditanyakan ke kamu,” bela Hino.
“Jadi kamu nyalahin aku. Begitu?” tanya Tania kali ini dengan suara pelan sarat makna.
“Aaah ... ini dia ketemu. Oke aku udah telat karena kamu nggak bangunin aku. Jadi aku berangkat,” ucap Hino. Ia mengambil ransel yang telah disiapkan di atas meja.
“No kamu ada kuliah pagi?” tanya Tania ketika Hino sudah tiba di ruang tamu.
“Iya dan kamu udah bikin aku terlambat, Tania.” Hino meninggalkan apartemen dengan tubuh Tania yang mematung.
***
“NoNo!!!” teriak Nagita begitu mendapati Hino berjalan ke kelas mereka.
Jason ikut menoleh ke arah Nagita yang berlari kecil menghampiri Hino. Nagita menjatuhkan tangannya di bahu Hino setibanya ia di samping Hino.
“Ekhem.”
Nagita menoleh ke sebelah kanan Hino ketika mendengar dehaman seseorang dan melihat Jason melirik tangan gadis itu yang nangkring di bahu sahabat mereka. Nagita lalu menurunkan tangannya dan membelah kerapatan Hino dengan Jason. Ia menyelipkan tangannya ke lengan Jason.
“Pagi baby Jason.” Nagita pun tersenyum, sebaliknya Jason memasang wajah datar tanpa ekspresi.
Ketiganya berjalan ke kelas dalam hening.
Hino sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia masih kesal kepala Tania. Kenapa Tania begitu akrab dengan Juventus? Hino sama sekali tidak mengikuti jalannya diskusi kelompok hari ini. Bahkan ia tidak menyadari kehebohan yang diciptakan Mario ketika terlambat masuk kelas. Hino tidak melihat apa-apa. Apalagi ulah Mario yang membuat merah wajah sang dosen pagi itu hingga terbawa sampai akhir jam kuliah. Untungnya Hino tidak mendapat teguran dari sang dosen akibat melamun kelamaan. Selamatlah Hino enam SKS hari ini.Selesai jam kuliah yang memborong sks itu, Hino dan yang lainnya lalu beranjak ke kantin. Mereka duduk di tempat biasa. Nagita di sebelah Jason memperhatikan wajah pemuda yang imut itu. Jason kulitnya putih, sangat putih seperti kulit cewek. Wajahnya baby face, seperti wajah artis Korea, walaupun Nagita kurang suka nonton drama dari Negeri Ginseng tersebut.
Nagita tahu kalau tipe wajah Jason itu adalah ala-ala boyband Korea. Lembut, meskipun jarang tersenyum. Nagita suka pegang tangan Jason karena kulit Jason mulus. Nagi ingin punya anak seganteng Jason, Tuhan. Tolong ciptakan Jason buat Nagi, doanya.
“Nih anak cebol satu kalau nggak dempet gitu sama Jason, bisa nggak?” sapa Mario seperti biasa muak melihat kelakuan Nagita.
Mario gerah melihat Nagita yang nggak sadar bahwa dirinya dan Jason bagai kelingking dan jari telunjuk. Ada satu perantaranya, Mariolah perantaranya di sini. Dia tidak suka Jason di dekat Nagita. Bukan karena dia menyukai Jason atau pun Nagita, tetapi karena pemandangan tersebut membuatnya sakit mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hino (Complete)
Romantizm*** Tania baru saja mengakui perasaan cintanya kepada Argio setelah berkencan sekian lama. Pasangan ini masih malu-malu mengungkapkan ketertarikan mereka. Sentuhan fisik yang mereka lakukan baru sebatas cium di pipi sekali. Argio yang sudah lama ber...