32

503 48 14
                                    

"Jadi bagaimana Sana-ya?"

Mereka, Hyejung dan Sana kini tengah berada di restoran setelah berbelanja untuk kebutuhan rumah. Seperti yang Jeongyeon bilang, Sana akan menceritakannya seusai berbelanja.

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi singkatnya, saudaraku Jeonghan tidak sengaja bertemu Jeongyeon saat kecelakaannya. Dan kami merawatnya dengan baik."

"Aku memberitahu apa yang sebenarnya terjadi dan memintanya kembali seperti ini agar ia bisa mengendalikan permainan wanita itu", sambung Sana.

"Permainan? Permainan apa dan siapa?"

"Wanita itu. Mina. Dia mempermainkan takdir Jimin dan Jeongyeon", ucap Sana tenang namun tersirat  kegeramannya. Hyejung sedikit memekik dengan keterkejutan yang tak dapat lagi disembunyikan.

"A-apa yang dia lakukan?" Hyejung bertanya setengah gemetar. Sana menoleh, menatap wanita paruh baya itu cukup intens.

"Darah daging itu bukan milik Jimin, dia dijebak."

"Apa yang kau beli?" Tanya Jimin sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Mereka kini tengah makan siang setelah menyelesaikan belanja nya masing - masing.

"Apa urusanmu?" Jeongyeon bertanya balik.

"Tidak mau menjawab, baik akan aku lihat sendiri", Jimin hampir meraih papper box Jeongyeon, namun dengan cepat wanita itu menariknya dari meja dan meletakkannya di kursi sebelah.

"Jangan, kau tidak berhak. Ingat itu!"

"Ck, itu hanya belanjaan kan. Kenapa harus dirahasiakan? Atau kau membeli barang terlarang?!" Intonasi Jimin di akhir sedikit meningkat dan sukses membuat beberapa pengunjung lain menoleh ke arah nya.

"Jaga mulutmu, aku wanita baik - baik!" Jeongyeon membekap mulut Jimin dengan tamparan pelan di bibir plump pria itu.

"Lwalu kenapa diswembunywikan?" Tanya Jimin dengan penasaran yang tak surut. Bahkan saat mulutnya masih dibekap rapat Jeongyeon.

"Aku yang punya, suka - suka aku. Lagipula kau akan melihatnya nanti di Busan", akhirnya Jeongyeon melepas tangannya dan memilih melanjutkan makan yang tertunda.

"Hm, oke", balas Jimin turut ikut menghabiskan makanan yang telah dipesan. Tak berselang lama, mereka selesai dan langsung melakukan perjalanan ke rumah untuk mengambil beberapa barang disana.
.
.
.
"Dengar, hanya satu jam oke? Jangan terlambat", Jeongyeon berjalan cepat begitu memasuki rumah. Jimin di belakang hanya bisa mengejar dan berusaha menyamakan langkah.

"Kau ini seperti dikejar babi saja."

Jeongyeon berhenti dan berbalik membuat Jimin terkejut. Jimin reflek memeluk Jeongyeon untuk menghindari tabrakannya.

"Yak! Cukup mengikut apa susahnya ha?!" Marah Jeongyeon setelah mendorong Jimin menjauh. Wanita itu menatap Jimin cukup tajam.

"Baik nona Jeon. Kau bisa segera bersiap", ucap Jimin dengan nada rendah dan hormat. Jeongyeon menghela nafas sejenak dan berbalik untuk melanjutkan langkah. Namun, belum melangkah ia langsung mengurungkan niat.

"Hai, bertemu lagi rupanya", sapanya begitu memuakkan bagi Jeongyeon.

"Apa yang kau lakukan di rumahku?" Tanya Jeongyeon dingin dan to the point.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang