"Jangan biarkan nona Jeongyeon terkena benturan lagi terutama di bagian tubuh belakang. Itu bisa berbahaya bagi tulang belakangnya. Rutin minum suplemen kalsium agar tulangmu semakin kuat dan makan yang teratur."
Jeongyeon dan Jimin baru saja keluar dari ruang pemeriksaan di rumah sakit. Kaki Jeongyeon hanya terkilir dan hanya membutuhkan salep dan perban elastis. Jeongyeon sangat kesusahan melangkah karena kakinya yang sakit namun ia tak bisa menggunakan krek dan kursi roda karena kondisi badannya. Jeongyeon tak mau jika berlama-lama duduk karena hanya akan menambah nyeri di sekitar punggungnya.
"Sakit banget ya?" Tanya Jimin yang tengah berusaha memapah Jeongyeon agar lebih mudah berjalan. Jeongyeon menggeleng dan tersenyum tipis.
"Ngga apa-apa, cuma kaki aja yang sulit gerak. Mana pas pergelangan", jawab Jeongyeon sambil terus berusaha melangkah. Jeongyeon berhenti dan diikuti Jimin. Gadis itu tampak lelah karena jalannya yang tidak stabil.
Jimin kemudian mengambil tangan Jeongyeon dan menaruhnya di bahu seraya menunduk. Jimin yang tak mendapat respon dari Jeongyeon pun menoleh dan mendapati gadisnya masih termenung bingung.
"Naiklah, ini akan sebentar dan cepat", ucap Jimin berusaha meyakinkan. Jeongyeon menurut. Perlahan badannya menempel pada Jimin dan tangannya memeluk leher Jimin. Kepalanya ia senderkan di bahu milik Jimin. Lelaki itupun mulai berjalan menggendongnya.
Jeongyeon malu karena beberapa kali orang melihatnya dengan tawa yang tertahan. Ia menelusupkan kepalanya di leher Jimin untuk menyembunyikan wajahnya. Aroma mint yang begitu maskulin menguar di penciuman Jeongyeon dan sukses membuatnya sedikit tenang dan sesekali menghirupnya sedikit kuat.
Jimin perlahan menurunkan badannya dan Jeongyeon melihat bahwa mereka telah sampai di parkiran. Jeongyeon turun kemudian dibantu Jimin untuk naik ke mobil.
"Kamu suka aromaku ya"? Tanya Jimin sebelum menutup pintu mobil. Jeongyeon sukses mendongak, wajahnya merona namun sebisa mungkin ia sembunyikan.
"Ngga, mana ada", balas Jeongyeon yang disambut kekehan hangat Jimin. Matanya menyipit seperti bulan sabit sementara bibirnya tertarik ke atas dan membuat giginya terlihat. Lelaki itu begitu manis saat seperti ini hingga membuat Jeongyeon sesikit terperangah akan rupanya.
Pintu mobil ditutup Jimin dan membuat Jeongyeon tersadar dari pikirannya. Sejenak ia tersenyum mamun sesegera mungkin ia menetralkan wajahnya saat Jimin masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Kita beli makan apa?" Tanya Jimin di tengah perjalanan. Jeongyeon yang sedari tadi memperhatikan jalanan kota hanya mampun mengedikkan bahunya.
"Aku ikut kamu", ucap Jimin di perempatan kota. Ia mengambil jalur dimana akan banyak kedai-kedai sarapan yang buka di pinggir jalan.
Jeongyeon berfikir sambil melihat-lihat ornamen kota di bawah langit biru yang berhiaskan awan tipis seperti kapas. Wajahnya berubah ceria saat ia menemukan makanan yang sudah sangat lama ia ingin memakannya.
"Aku mau tteokbokki", ucap Jeongyeon sambil menoleh ke Jimin disertai senyumannya yang cerah. Jimin hanya melihatnya sejenak kemudian kembali ke jalanan. Ia menggeleng. Senyum Jeongyeon langsung luntur begitu saja melihat respon Jimin.
"Gak. Nanti perutmu sakit apalagi ini juga pagi", jelas Jimin sebelum Jeongyeon menyerobotnya. Jeongyeom hanya merengut dan meunduk dalam-dalam.
"Yang lain ya?" Bujuk Jimin saat tau sepertinya gadisnya merajuk. "Maunya itu.." Lirih Jeongyeon hampir tak terdengar.
Mobil berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah. Hal itu tidak disia-siakan oleh Jeongyeon untuk membujuk Jimin.
"Tteokbokki aja ya? Plis kali ini", bujuk Jeongyeon sambil membuat tanda dua jari dengan wajahnya yang berusaha meyakinkan Jimin. Perhatian Jimin terfokus padanya kemudian kembali ke kemudi karena lampu telah berganti hijau. Jimin hanya diam dengan wajah datarnya. Sementara Jeongyeon semakin merengut dan kembali menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||
Fanfiction[O N G O I N G] - bab awal - 22 : bahasa masih acak-acakan dan belum direvisi "Menemukanmu sama saja menemukan cinta dan hidupku" ㅡ🥀ㅡ 𝓉𝒶𝓀𝒹𝒾𝓇 𝒸ℯ𝓂𝒷𝓊𝓇𝓊 𝓅𝒶𝒹𝒶 𝓀𝒾𝓉𝒶, 𝓈ℯ𝓅ℯ𝓇𝓉𝒾𝓂𝓊 𝒶𝓀𝓊 𝓈𝒶𝓃...