15

447 59 6
                                    

Tok tok tok

Hana memasuki kamar Jeongyeon setelah mengetuknya terlebih dahulu. Jeongyeon yang melihatnya masuk pun tersenyum di sela-sela kesibukannya.

"makan yuk" ajak Hana sambil merengkuh kepala Jeongyeon kemudian mengecupnya
"sebentar, Jeongie selesaiin dulu" ucap Jeongyeon sambil kembali fokus ke notebook yang telah dipenuhi coretan brush pen yang nampak estetik. Itulah kelebihan Jeongyeon. Pandai dalam hal estetik

"jangan lama-lama, atau nanti dingin" ucap Hana
"siyaap.. Oh ya, Bang Jin udah pulang? " tanya Jeongyeon
"mungkin 15 menit lagi" jawab Hana
"mama turun dulu ya" sambung Hana kemudian ia keluar dari kamar Jeongyeon

Jeongyeon mengambil washitape berwarna ungu dengan titik putih menyerupai bintang. Setelah menempelkan washitape sesuai keinginannya, Jeongyeon mengambil sebuah stiker bunga berwarna biru dan menempelkannya sesuai keinginannya. Ia tersenyum memandangi karya kegabutannya. Coretan itu berisi sebuah nama.

Tangan Jeongyeon membuka loker bawah meja belajarnya. Ia mengambil 2 buah benda persegi panjang berwarna putih. Ia membukanya dan memasukkan kertas tebal itu ke dalamnya.

Ia tersenyum memandangi pigura warna putih itu. Dua-duanya sudah jadi. Tulisan dengan warna ungu gradasi biru itu bertuliskan Jeon Jungkook dan warna pink gradasi biru itu tentunya untuk kakaknya, Jeon Seokjin.

Setelah menatanya rapi dalam figura, ia berjalan keluar dan mampir ke kamar Jungkook terlebih dahulu. Ia meletakkannya di meja belajar Jungkook. Ia tak melihat Jungkook di kamarnya. Mungkin ia di bawah.

Tak berlama-lama di kamar Jungkook, Jeongyeon seegra menghampiri kamar Jin. Ia juga meletakkannya di meja belajar Jin. Kemudian ia segera menyusul Jungkook dan mamanya yang menunggunya untuk makan siang.

🥀

Bultaoreune🎶

Jimin tenggelam dalam musik yang berputar di ruangannya itu. Ia sangat kecewa atau lebih tepatnya marah dengan keluarganya yang telah membiarkan perjodohan ini tetap berlanjut. Ia memandangi jemarinya yang masih bertengger sebuah benda di selingi berlian itu. Dengan muak, ia melepasnya paksa dan membantingnya asal. Biarlah hilang, aku tak peduli.

Pikirannya kembali panas ketika mengingat bahwa gadis tempo hari yang ia tolong akan datang sore ini. Kenapa ia tak membiarkannya tewas saat itu? Pasti perjodohan ini tak akan pernah ada.

Jimin beranjak dari duduknya dab berjalan menuju kamar mandi. Tangannya melepas kaus putihnya hingga nampak otot-otot perut dan badannya yang begitu seksi. Kemudian ia menyalakan shower dengan air dingin. Ia membiarkan seluruh air itu turun membasahi seluruh tubuh polosnya. Setidaknya ia sedikit mendapat ketenangan dengan air-air itu.

Sampailah pikirannya pada gadis cantiknya. Myoui Mina. Hatinya masih senantiasa ada untuknya. Ia masih ingin menjalin hubungan dengannya. Tapi keadaan memaksanya untuk memutuskan hubungannya. Ia ingin jika nanti kakek pergi, ia akan menceraikan gadis itu dan segera menikahi Mina jika ia masih jomblo. Mungkinkah itu?

Ia mematikan shower nya. Mengambil sebuah handuk kemudian keluar dari kamar mandi sambil mengelap sisa-sisa air yang ada di badannya. Setelah mengambil kaus berwarna hitam dan celana putih selutut ia mengambil laptop dan membawanya ke ranjang . Ia memilih untuk menggarap beberapa data perusahaan yang diberikan papanya untuk melatihnya menjadi penerus Park Company. Tak butuh waktu lama pekerjaan itu selesai. Hanya tinggal mengirim pada papanya untuk diperiksa.

Ia kembali bangkit dari ranjangnya. Ia menggeser lemarinya. Memperhatikan sebuah tuxedo hitam yang tergantung di dalamnya. Tuxedo yang diberikan mamanya tadi pagi. Mamanya tau jika Jimin pasti tak akan mau fitting baju pernikahannya.

My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang