Maaf banget kalo ini chapt aneh, tp semoga kalian suka😭🙏
.
Happy reading💃
.Jeongyeon terbangun sambil terus menekuk badannya. Ia merasakan sesak di dada dan sakit di perutnya. Ini sering terjadi ketika perutnya kosong dalam waktu yang lama. Ia lapar.
Gadis itu berjalan keluar kamar dan langsung menuju dapur. Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi dan ia harus mengerjakan pekerjaan ringan yang selalu menyambut di awal hari.
Jeongyeon memasak kimchi bokkeumbap atau nasi goreng kimchi dan gyeran mari sebagai lauknya. Dengan cekatan ia memasukkan bumbu dan bahan yang telah ia siapkan ke penggorengan. Mengaduknya hingga rata dan matang kemudian juga menyambi membuat telur gulung di kompor yang lain.
Tak lama masakan itu telah terhidang di meja. Selagi menunggu agar makanan tidak terlalu panas, ia menuju ke ruang setrika dan menyetrika seragam seperti biasa. Sebenarnya ia mati-matian menahan sesak yang makin menjadi-jadi dalam dirinya. Namun ia tak menghiraukannya dan terus fokus dengan pekerjaannya yang sedikit lagi selesai.
Jeongyeon mencabut steker setrika pada stop kontak kemudian menggantung baju Jimin pada gantungan baju dan mengantarkannya ke kamar sang empu. Sebelum ia masuk ia terlebih dahulu mengetuknya dan membuka pintu secara perlahan.
Tubuh Jimin nampak sangat kecil ketika ia meringkuk dalam tidurnya. Sudah beberapa kali Jimin menggeliat namun tak kunjung bangun dari tidurnya. Jeongyeon pun menggantung baju tersebut dalam ruang ganti kemudian menghampiri Jimin.
"Jimin-ssi, bangun. Hampir pukul enam."
Jimin membuka matanya sedikit begitu suara Jeongyeon menyapa pendengarannya. Dengan wajah kusutnya ia mengangguk dan berusaha mengumpulkan kesadaran dan energinya. Jeongyeon pun turun dari ranjang dan keluar dari kamar Jimin.
Tapi sebelum Jeongyeon mencapai pintu, kepalanya mendadak pening dan pandangannya perlahan mengabur. Rasa sesak di dadanya makin terasa dan bahkan samar-samar ia juga mendengar nafasnya yang berbunyi. Dunia yang kini ia pijak rasanya diputar kesana kemari dan membuatnya semakin pening.
Jimin yang baru saja selesai melipat selimutnya asal-asalan langsung berlari ke arah Jeongyeon yang tiba-tiba tergeletak begitu saja di lantai diiringi nafas yang tersengal-sengal. Tapi tak lama suara itu menghilang dan hanya keheningan yang ada.
"Jeongyeon, Jeong.."
Jimin menepuk pelan wajah Jeongyeon yang tak sadar dengan wajah pucatnya. Tangan Jimin meraih tangan Jeongyeon yang begitu dingin. Segera ia mengangkat Jeongyeon dan merebahkannya di ranjang dan menelpon dokter Jung untuk datang ke rumahnya dengan peralatan lengkap.
___🌹___
Jeongyeon merasakan tak nyaman di sekujur tubuhnya terutama hidung dan tangan kanannya. Ia perlahan membuka matanya dan mendapati dirinya berada di kamar abu-abu itu. Kamar Jimin lebih tepatnya.
Atensinya beralih pada tangan kanannya yang sedari tadi ia merasakan tak nyaman. Selang panjang dari sekantong cairan kini tersalur pada punggung tangannya yang tertutup perban putih. Tangan kirinya tentu tak tinggal diam untuk mengetahui benda apa yang menggantung di filtrum nya.
Lagi-lagi yang ia temukan adalah selang walau tidak melihatnya secara langsung. Apa yang terjadi sampai dia harus diinfus dan menggunakan alat bantu nafas padahal dia bisa bernafas dengan normal seperti biasanya.
Tapi tak lama rasa pening kembali hadir di kepalanya. Membuat dia ingin sekali melepas kepalanya saking sakitnya. Bahkan dia memukul pelan kepalanya agar rasa sakitnya berkurang. Namun itu malah menjadikan sakitnya menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||
Fanfiction[O N G O I N G] - bab awal - 22 : bahasa masih acak-acakan dan belum direvisi "Menemukanmu sama saja menemukan cinta dan hidupku" ㅡ🥀ㅡ 𝓉𝒶𝓀𝒹𝒾𝓇 𝒸ℯ𝓂𝒷𝓊𝓇𝓊 𝓅𝒶𝒹𝒶 𝓀𝒾𝓉𝒶, 𝓈ℯ𝓅ℯ𝓇𝓉𝒾𝓂𝓊 𝒶𝓀𝓊 𝓈𝒶𝓃...