Happy reading~
Maaf, kayaknya virus lelet update mulai menggelantungi diri author🙏
.Jeongyeon meninting gaun panjangnya hingga sampai kamar. Ini sudah pukul 7 malam, itu berati sudah hampir 12 jam ia mengenakan gaun panjang ini.
Jeongyeon meraih handuk dan bathrobe kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan kini bau badannya menguar di dalam kamar mandi. Sesegera mungkin ia menyiramkan air di seluruh tubuhnya.
Akhirnya, ritual mandi Jeongyeon selama 20 menit selesai. Ia membiarkan rambut basahnya tergerai dan hanya mengenakan bathrobe. Toh ini kanarnya.
Jeongyeon terperanjat dan langsung memutar badannya menghadap ke dinding. Matanya tak sengaja bertemu manik mata Park Jimin yang entah sejak kapan ada di kamarnya.
Jeongyeon terus merapatkan bathrobe nya dan sesekali melirik dan memastikan Park Jimin sudah keluar dari kamarnya.
Lelaki itu sepertinya sudah melewatinya dan mungkin saja sudah keluar. Jeongyeon bernapas lega dan langsung memutar badannya.
Jantungnya yang belum kembali normal kini harus berpacu lebih cepat lagi. Bahkan ia sampai mundur karena sosok Park Jimin yang kini ada dihadapannya. Sekarang, Jimin mengukung Jeongyeon.
"apa kau sengaja seperti ini?" tanya Jimin meremehkan tapi dengan nada menggoda
"aku tidak sebodoh itu" jika saja lelaki di depannya teman seangkatan, akan dia cabik-cabik seluruh mukanya."lalu, jika kau tahu aku disini kenapa keluar seperti ini? Bukankah ini disengaja?" tanya Jimin tanpa melepaskan nada menggodanya.
Jeongyeon hanya dapat menegeratkan bathrobe nya terutama di bagian dadanya. Jika kain ini terlepas, maka seluruh tubuhnya akan terekspos bebas.
"kau ingin aku mengambilnya malam ini?" tanya Jimin dengan sedikit smirk nya. Tapi ini cukup kuat di mata Jeongyeon.
"a-ani.. Jangan lakukan" rengek Jeongyeon seperti anak kecil
Sebenarnya Jimin ingin tertawa melihat kelakuan Jeongyeon yang tak pernah dipikirkannya. Tapi kini ia sedang dalam mode akting."kita lihat saja malam ini" smirk Jimin kemudian berjalan keluar dari kamar Jeongyeon. Jeongyeon masih melengos mendengar kata-kata terakhir Park Jimin.
"tidakk... Aku ini masih gadis, tak akan kubiarkan dia mengambilnya!" teriak Jeongyeon frustasi.
Seperti pengantin baru umumnya, malam pertama selalu dilewati dengan tidur seranjang atu bahkan lebih dari tidur saja. Dan malam ini, Jeongyeon harus tidur di kamar Jimin sesuai permintaan kakek.
"anju.. Gue plintir lagi kalo dia berani macem-macem" Jeongyeon bergegas mengambil piyama berwarna ungu dengan lengan pendek dan celana panjang. Kemudian ia menyisir rambutnya yang masih setengah basah dan beralih pada tumpukan kado-kado di tengah kamarnya.
"anju.. Bahaya ini barang" baru saja Jeongyeon membuka kotak berwarna hitam emas itu ia langsung menutupnya. Jelas ia tersentak, bahkan hanya melihatnya ia jijik, apalagi memakainya.
Jeongyeon menutup rapat kotak itu kemudian membuka lemari dan meletakkannya di laci lemari paling bawah. Mengerikan jika ia harus menggunakannya.
Setelah menyimpannya, ia kembali tertarik dengan sebuah kotak biru donker dengan pita silver yang indah. Ia membukanya hati-hati dan takut jika isinya sama.
Ia tersenyum ketika melihat benda di dalamnya. Perlahan ia mengangkatnya dari kotak tersebut. Sebuah lonceng besi berwarna silver dengan kayu hitam dan beberapa manik-manik seperti berlian yang menggantung bersama lonceng besi itu. Ia menyapu lonceng itu dengan jari-jarinya dan menghasilkan bunyi lonceng yang menenangkan. Ia memegang sebuah manik-manik berlian berbentuk J yang bersebelahan dengan manik J.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||
Fanfiction[O N G O I N G] - bab awal - 22 : bahasa masih acak-acakan dan belum direvisi "Menemukanmu sama saja menemukan cinta dan hidupku" ㅡ🥀ㅡ 𝓉𝒶𝓀𝒹𝒾𝓇 𝒸ℯ𝓂𝒷𝓊𝓇𝓊 𝓅𝒶𝒹𝒶 𝓀𝒾𝓉𝒶, 𝓈ℯ𝓅ℯ𝓇𝓉𝒾𝓂𝓊 𝒶𝓀𝓊 𝓈𝒶𝓃...