Sinar mentari telah keluar dari peraduannya. Perlahan cahaya nya masuk menelusuri celah-celah demi mencapai sebuah ruangan. Cahaya yang masuk itu mendarat tepat di kelopak mata seorang perempuan yang masih asik terpejam. Sampai alarm dan silau nya cahaya membuat alam mimpinya terhenti.
"Selamat pagi Nona Jeon! Apa kau hanya akan berbaring dan bersantai sepanjang hari?" Jeongyeon begitu terperanjat saat suara yang cukup nyaring menyambut pagi nya. Ia mendelik dan melihat siapa yang berani mengagetkannya di pagi ini.
"Aah, tapi bisa saja ya. Kau kan pimpinan sekarang", sambung sosok itu. Jeongyeon beberapa kali mengerjapkan matanya dan berfikir apakah ini mimpi atau kenyataan?
"Kau.. Apa yang kau lakukan?" Tanya Jeongyeon sambil menyibakkan selimut.
"Aku? Tentu saja bekerja menjadi sekretarismu, apa lagi?" Jawabnya. Pria itu Jimin. Hari ini ia tampak begitu berbeda. Pria itu menyunggingkan senyum yang tak pernah Jeongyeon lihat sebelumnya. Senyum yang begitu lebar dan sedikit menakutkan.
"Bukankah kau tidak menginginkan jabatan itu?" Tanya Jeongyeon sambil memandangi Jimin dengan tatapan aneh.
"Berhenti tersenyum seperti itu. Tersenyum lah seperti orang berkelas bukan kesetanan", potong Jeongyeon saat Jimin baru saja membuka mulut untuk menjawab.
"Ah, joseonghabnida aku terlalu bersemangat", balas Jimin sambil menggaruk tengkuknya pelan.
"Aku sudah memikirkannya. Aku akan menjadi sekretarismu. Sekarang aku sama saja hanya menumpang dan tidak memiliki biaya hidup, jadi aku harus mendapatkan uang bukan?" Lanjut Jimin dan dibalas anggukan Jeongyeon.
"Baguslah kau mengerti", Jeongyeon langsung turun dari ranjangnya. Tidak seperti dulu, ia langsung turun tanpa membereskannya kemudian ia menatap cermin sambil memperhatikan wajah putihnya.
"Cepat bereskan kamarku sebelum aku selesai bersih-bersih", perintah Jeongyeon yang masih asik dengan cerminnya. Jimin yang sudah siap dengan stelan jas itu hanya mengangguk kemudian melakukan apa yang Jeongyeon perintahkan.
Jeongyeon selesai dengan urusan wajahnya. Ia kini memandangi lekuk tubuhnya yang dibalut kaos oversize oranye. Ah, sepertinya ia sedikit gendutan. Dia harus diet minggu ini.
Jeongyeon mendadak terdiam saat ia melihat di cermin bahwa kemeja yang ia gunakan kemarin tergeletak di sudut ranjang. Ia kembali memandangi tubuhnya di cermin. Astaga, ini baju siapa?
Jeongyeon seketika menjadi lemas saat sadar baju yang dikenakannya itu milik Jimin. Raganya seperti tanpa nyawa. Itu artinya pria itu yang menggantikan bajunya semalam.
"Ya-aak Jimin-ssi. Keluarlah a-ku akan bersiap dalam setengah jam. Tunggu di meja makan segera!" Jeongyeon menaikkan intonasi nya mendadak di akhir kalimat. Terlihat jelas wanita itu gugup. Kepala Jeongyeon juga terus bergerak untuk mengisyaratkan agar Jimin segera keluar.
Jimin hanya mengangguk kemudian keluar kamar. Jeongyeon yang masih di dalam langsung berlari ke kamar mandi dan melepas kaos nya. Di cermin kamar mandi ia kembali bercermin untuk melihat tubuh bagian atasnya yang hanya ditutupi dalaman.
"Aku pikir dia melakukan yang tidak tidak. Huhh aku bisa kalah sebelum bermain jika betul-AN", Jeongyeon berteriak saat ketukan cukup keras mendarat di pintu kamar mandi.
"Siapa?!" Teriak Jeongyeon.
"Ini aku Nona Jeon. Apa kau ingin sekalian dibuatkan sarapan?" Suara Jimin terdengar di balik pintu. Jeongyeon benar benar kalang kabut. Ia sedikit terkejut karena kedatangan Jimin. Ia hanya mengangguk dan balas berteriak mengiyakan tawaran Jimin.
"Tenang, kau tak boleh tampil gugup. Kau harus menjadi sosok dingin dan keras sekarang. LET'S GO!"
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||
Fanfiction[O N G O I N G] - bab awal - 22 : bahasa masih acak-acakan dan belum direvisi "Menemukanmu sama saja menemukan cinta dan hidupku" ㅡ🥀ㅡ 𝓉𝒶𝓀𝒹𝒾𝓇 𝒸ℯ𝓂𝒷𝓊𝓇𝓊 𝓅𝒶𝒹𝒶 𝓀𝒾𝓉𝒶, 𝓈ℯ𝓅ℯ𝓇𝓉𝒾𝓂𝓊 𝒶𝓀𝓊 𝓈𝒶𝓃...