23

619 72 21
                                    

Rada bulgos, astaghfirullah
Baca doa dulu biar makin berkah,
.
"Jeong."

Jimin mendongak dan menatap Jeongyeon. Jeongyeon juga menatap Jimin, menunggu kata-kata yang akan diucapkan lelaki di sebelahnya ini.

Jimin mengakhiri kontak mata itu dan memposisikan untuk tidur. Tapi tangannya perlahan melingkar pada pinggang ramping Jeongyeon. Jeongyeon yang merasakan tangan Jimin melingkar padanya merasa malu dan geli. Tanpa sadar, Jeongyeon sedikit menurunkan badannya agar sejajar dengan posisi Jimin. Jeongyeon juga memilih membalas pelukan Jimin dan dengan ragu menyenderkan kepalanya pada pundak Jimin.

"Kamu nggak takut hujan?" Tanya Jimin tiba-tiba. Jeongyeon yang sudah setengah tertidur langsung berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Nggak, kenapa?" Tanya Jeongyeon dengan uap tertahan. Jimin menggeleng kemudian sedikit mengeratkan pelukannya.

"Tidurlah. Maaf membuatmu terjaga lagi", ucap Jimin kemudian ia perlahan pergi menuju alam mimpinya.

ㅡ🌌ㅡ

"Kamu istirahat aja, nanti aku bisa mampir membeli sarapan."

Jimin turun tergesa sambil sedikit mengomel ketika melihat keberadaan Jeongyeon di dapur. Hari ini Jimin akan masuk sekolah sesuai permintaan Jeongyeon tapi Jimin tidak mengijinkan Jeongyeon untuk masuk hari ini karena suhu badan Jeongyeon masih cukup panas.

"Ini mudah", sedari tadi Jeongyeon terus menjawab seperti itu saat Jimin mulai mengomel. Hari ini Jeongyeon memilih masakan Bibimbap yang disajikan bersama Gyeran-jjim dan susu almond hangat.

"Kenapa porsi makanmu lebih dikit?" Jimin bertanya saat melihat porsi makan Jeongyeon tidak seperti biasanya. Ini sangat sedikit dari dari biasanya.

"Perutku masih kerasa nyeri sama nggak nafsu. Tapi aku harus makan", jawab Jeongyeon sambil sedikit meminum susu almond miliknya. Kemudian memulai sarapannya bersama Jimin.

Setelah selesai, Jeongyeon merapikan alat makan dan meletakkannya di tempat cuci sementara Jimin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan mulutnya. Setelah itu Jeongyeon juga pergi ke kamar mandi untuk membersihkan mulutnya.

"Jimin."

Jimin yang hendak melangkahkan kakinya keluar pun terhenti saat Jeongyeon memanggilnya. Kemudian Jeongyeon berjalan cepat ke arahnya.

"Aku tadi membuatkanmu roti selai. Ambilah", Jeongyeon menyerahkan bungkusan roti selai buatannya. Hal itu diterima Jimin dengan senang hati sambil tersenyum. Kemudian Jeongyeon menunduk dan hal itu membuat Jimin kebingungan.

"Ada a-"

"Maafkan aku", ucap Jeongyeon tiba-tiba.

"Maaf, hari itu aku tidak mendengarkanmu dan marah tanpa sebab", sesal Jeongyeon kemudian menatap Jimin ragu. Sementara Jimin masih menatapnya datar namun tak lama tersenyum dan mengangguk.

Jeongyeon kembali menunduk namun saat merasa Jimin akan segera pergi, ia mencekal tangan Jimin.

Tangan Jeongyeon perlahan terangkat dan menarik tengkuk Jimin agar mendekat padanya. Disatukannya dua bibir itu oleh Jeongyeon dan sesekali Jeongyeon menggerakannya. Jimin tentu saja terkejut dengan perlakuan Jeongyeon. Ia ingin mengeluarkan amarahnya namun ketika ia menatap manik Jeongyeon, hatinya menolak untuk melakukannya. Baru beberapa saat kemudian Jeongyeon melepaskan tautan mereka.

My Serendipity || Jeongyeon Jimin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang