Jingga membuka mata, dan hal pertama yang dilihatnya adalah foto presiden serta wakil presiden di dinding hijau mint. Energi Jingga masih terkuras habis, sementara otaknya di paksa untuk tidak bekerja. Dia ingin menikmati rasa sepi yang nyaman saat itu.
Jingga memilih bengong, dia bahkan tidak menoleh untuk melihat Langit yang duduk tertidur disebelahnya. Keduanya tersentak begitu mendengar ponsel Langit yang berdering nyaring.
Jingga terpaku, sementara Langit berusaha mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Sadam menelepon, mencari tau keberadaan Langit dan keadaan Jingga. Namun, tidak ada balasan dari Langit yang menyadari Jingga telah bangun.
Langit memutuskan sambungan telepon dan menunduk ke arah Jingga.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan mimik cemas.Mata Jingga membulat takut, kemudian dia membuang wajah dengan tubuh gemetar. Sambil memunggungi Langit, Jingga berusaha berbicara.
"A-a-apa yang bapak lakukan disini?" sahut Jingga dengan nada gemetar.
"Nemenin kamu, tentu saja!" balas Langit cepat. "Aku nggak ngerti, aku udah cek cctv, tanya ke Krisna dan Riri juga, tapi aku nggak dapet sedikitpun informasi yang bikin kamu bisa sampai kayak gini. Ada apa, Jingga? Kamu bikin semua orang cemas."
Jemari Jingga meremas selimutnya erat ketika dia mulai menangis lagi. Itu adalah hal paling mengerikan yang pernah dia lihat, apa Dio tidak punya malu? Apa salah Jingga hingga di perlakukan seperti ini? Dia terlihat seperti cewek murahan, kan?
"Jingga ... " panggil Langit lembut. Lelaki itu kemudian diam, tidak tau harus mengatakan apa. "Apa kamu begini karena aku?" Langit bertanya muram. "Seseorang ganggu kamu karena aku, ya?"
"Apa saya keliatan kayak cewek murahan?" Jingga balik bertanya ditengah tangisannya. Hal ini jelas membuat Langit terkejut.
"Apa? Siapa yang bilang begitu ke kamu?" balas Langit dengan nada tidak percaya. Jingga menggelengkan kepalanya sedikit.
"Nggak ada," jawab perempuan itu. "Tapi saya merasa seperti itu."
"Jingga, kamu jelas-jelas bukan cewek murahan! Aku nggak akan mungkin berjuang sekeras ini buat dapetin kamu, kalau kamu cewek murahan, kan? Kamu satu-satunya cewek yang susah banget buat didapetin yang pernah aku tau. Kamu udah liat Amel, kamu juga udah pernah kerja di cafe itu. Apa kamu nggak paham arti cewek murahan?" cerocos Langit jengkel. Lelaki itu tidak marah pada Jingga, namun pada seseorang yang membuat Jingga merasa demikian.
"Lalu, kenapa saya diperlakukan seperti ini? Apa salah saya?" tangis Jingga menjadi lebih keras. Langit menatap punggung perempuan itu dengan sedih.
"Kalau kamu nggak merasa melakukan kesalahan, tapi orang masih jahatin kamu. Artinya orang itu yang salah, bukan kamu. Nggak seharusnya kamu nyalahin dirimu sampai kayak gini," gumam Langit. Lelaki itu beringsut lebih dekat pada Jingga.
"Aku tau, kamu hidup menderita. Semuanya kerasa berat, dan masih ada aja orang yang jahatin kamu. Tapi, nggak semestinya kamu lupa kalau masih ada orang-orang yang sayang sama kamu, yang peduli sama kamu. Kalau kamu nggak bisa mencari orang itu, kamu bisa nunggu dan bersiap nerima kalau orang itu yang datang ke kamu."
Kata-kata penghiburan Langit, entah kenapa Jingga tidak ingin mendengarkan. Kalimat yang lelaki itu keluarkan seolah menjadi pembujuk agar Jingga meruntuhkan pertahannya. Hanya didepan Langit.
"Terlepas dari itu," Langit melanjutkan. "Aku harus tau apa yang sudah terjadi. Sebagai seorang bossmu, aku juga harus ngelindungi bawahanku."
###
Seminggu kemudian, ketika Jingga sedang istirahat dengan Riri dan Sarah, mereka di hebohkan dengan kedatangan Jojo ke kantor. Jingga kira, adiknya datang untuk menemuinya, namun ternyata salah.
Ekspresi murka yang baru muncul di wajah Jojo membuatnya tertegun hingga tidak bisa bergerak. Langit baru saja keluar dari lift ketika Jojo menudingnya marah.
"KENAPA KAKAK DIEM AJA!" serunya, membuat semua orang kaget. Bahkan Langit.
"Jo?"
"KENAPA KAKAK NGGAK NGAPA-NGAPAIN KALAU TAU KAK JINGGA DI GINIIN SAMA BIADAB ITU!" teriak Jojo lagi.
Jingga mendekat dengan cepat, berusaha menenangkan adiknya yang entah kerasukan setan darimana. Tapi, mata Jingga menangkap ponselnya--yang seharusnya rusak-- ditangan Jojo.
"Kamu bicara apa? Tenang dulu, jelaskan pelan-pelan." Langit berusaha membujuk, tapi Jojo melemparkan ponsel Jingga ke dada lelaki itu.
"Kakak liat aja sendiri!" bentak Jojo sebelum balik badan dan berjalan pergi. Jingga tidak bisa bergerak, bahkan ketika Jojo berhenti di hadapannya. "Kenapa kakak nggak pernah bilang?" tanya Jojo pada Jingga.
"HARUSNYA KAKAK NGADU KE AKU! BIAR AKU BUNUH ORANG ITU!"
Orang-orang yang berkerumun mulai banyak, berbisik-bisik mengenai Jojo, Jingga dan juga Langit. Bahkan, saat Jojo berteriak di depan wajahnya, Jingga tidak bisa bereaksi. Sorot mata kecewa dan sakit hati Jojo, Jingga tidak bisa membantah.
Jojo membuang muka saat airmatanya tak bisa di tahan lagi. Kamudian, Jingga pikir adiknya itu melangkah pergi.
"Jojo! Jangan!" Langit berseru, secepat kilat berlari ke arah Jojo yang nyaris menyerang Dio. Krisna juga ikut menahan adik bungsu Jingga yang ternyata jago bela diri itu.
Langit berhasil menahan Jojo di lantai, menggunakan segenap kekuatannya agar rontaan Jojo tidak membuahkan hasil. Sialnya, Sadam juga iku datang meski dengan wajah bingung.
"Kamu ngapain, sih? Malu-maluin, tau nggak?" omel Sadam, menarik tubuh Jojo supaya bangun lagi. Kali ini, Langit membiarkannya. "Udah bolos sekolah, dateng ke kantor orang malah kesurupan!"
"Orang itu!" Jojo menunjuk Dio dengan segala rasa marahnya. "Dia yang bikin Kak Jingga masuk rumah sakit seminggu kemarin!"
Sadam melihat Dio, kemudian kembali ke Jojo. "Hah? Maksudnya?"
"Dia gangguin Kak Jingga lewat chat, bahkan nunjukin alat kelaminnya!"
Sadam tertegun, menatap Jojo dengan ekspresi aneh. Orang-orang langsung heboh, sementara Dio tampak sangat malu.
"Karena itu, Kak Jingga banting hpnya." Jojo menambahkan dan seolah semua menjadi jelas bagi Sadam.
"Bajingan!" geram Sadam, menatap lurus pada Dio yang ada dibelakang Krisna. Melepaskan tangannya dari lengan Jojo, Sadam langsung maju untuk menendang wajah Dio.
"Sadam!"
"Tunggu!"
Lagi-lagi Langit dan Krisna menahan anak SMA itu. Baik Jojo maupun Sadam sama-sama memberontak. Namun, nyatanya mulut Sadam lebih aktif memproduksi kata-kata jahat saat dia tidak bisa berkutik pada Langit.
"Kamu bisa kena masalah sama polisi lagi kalau begini! Tenang!" Langit berkata tegas.
"Peduli setan! Bangsat! Lepasin!"
"Inget posisi Jingga disini, Sadam! Kamu nggak bisa seenaknya!" Langit kembali memperingatkan. "Dia jadi urusanku. Kalian, tenangin diri dulu."
Dua orang satpam yang sedari tadi ditahan Langit supaya tidak mendekat, akhirnya membawa adik-adik Jingga ke tempat lain. Dengan ekspresi menahan marah, Langit beralih pada karyawannya yang lain.
"Dio dan Jingga, ikut keruangan saya. Yang lain, bubar!"
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Boss
General FictionSeperti cerita yang umumnya muncul dalam sebuah cerita, kisah pertemuan antara Langit dan Jingga membuat geleng-geleng kepala. Tidak seperti tema Tom and Jerry, Dilan dan Milea atau pun Mr. dan Mrs. Grey, yang membuat para penikmatnya geregetan, cer...