4. Lebih Susah

590 149 39
                                    

Saat makan malam dan kedua adiknya berkumpul, mata Jingga memicing. Sebenarnya sejak tadi siang dia sudah penasaran, apa yang diobrol kan Langit dan kedua adiknya?

"Tadi kalian nggak bikin malu aku pas ditraktir Pak Langit, kan?" tanya Jingga dengan mata memicing.

"Enggak lah! Kak Langit seneng kok kita nambah 2 mangkuk lagi," jawab Sadam tenang.

"Hah?" balas Jingga kaget. Emang adik-adiknya ini nggak makan dari kapan, sih? Batinnya.

"Iya. Itu juga karena di tawarin. Tau nggak sih, kak? Porsi mie ayam baksonya tuh kecil banget, jadi kita nggak kenyang kalau cuma satu!" timpal Jojo.

Emang kalian kalau makan selalu porsi tukang bangunan! Batin Jingga lagi sambil menutup setengah wajahnya menggunakan tangan. Eh, tunggu!

"Kalian manggil dia kakak?" tanya Jingga, baru menyadari ucapan Sadam. Kedua adiknya itu mengangguk sebagai bentuk jawaban. "Kok bisa? Dia itu bosnya kakak loh, dek?"

"Dia yang nyuruh," sahut Sadam.

Jingga berhenti makan lalu mengernyitkan kening. Apa ini bentuk pendekatan Langit pada keluarganya?

"Kalian ngobrolin apa aja sama Pak Langit?" tanya Jingga dengan nada yang dibuat tenang. Dia tidak mau kelihatan gugup meski ternyata kedua adiknya sudah mengetahui niatan Langit untuk memperisterinya.

"Apa, ya? Sekolah?" jawab Jojo sambil mengingat-ingat.

"Kenapa kakak nanya-nanyain Kak Langit? Naksir?" senyum miring Sadam terlihat begitu menyebalkan seperti biasa.

"Enak aja!" bantah Jingga. "Ya karena dia bos kakak lah! Kan kakak nggak mau nanggung malu kalau kalian ngomongin kakak yang aneh-aneh!"

"Yah, padahal kalau punya kakak kayak Kak Langit pasti seru banget!" keluh Jojo.

"Maksudnya?"

"Ngomong-ngomong, jadinya besok kakak ijin dateng telat ke kantor?" Sadam mengalihkan topik pembicaraan.

"Tukeran shift sama seniorku, jadinya aku masuk sore. Uang sekolah kalian udah pada lunas, kan? Tinggal SPP bulan ini aja?" sahut Jingga.

"Udah, kok. Btw, jam ngambil rapornya sama. Gimana kalau kakak ambil rapornya Kak Sadam aja? Aku bisa ambil raporku sendiri." Jojo memberi usul.

"Ye! Aku juga bisa ambil raporku sendiri kali, dek!"

"Ya nanti giliran lah. Siapa dulu, liat aja besok," balas Jingga.

"Aku bisa ambil raporku sendiri," ulang Jojo lirih.

"Emang kenapa kok kamu pengin ambil sendiri?" tanya Jingga heran.

"Ya nggak apa-apa."

"Atau telepon Kak Langit aja biar diambilin?" kali ini Sadam yang memberi usul.

"Apaan?" sahut Jingga sengit, mendorong bahu Sadam dengan lengannya.

"Kenapa sih, kak? Sensi banget!" balas Sadam cemberut. "Orang cuma becanda juga!"

"Terserahlah! Sono kalau mau jadi adik Pak Langit juga!" gerutu Jingga.

"Terus, kakak mau kage bunshin no jutsu?" tanya Jojo serius. "Tahun sekarang nggak kayak tahun kemarin loh, kak. Ada rapat walimurid per kelas di jam yang sama."

"Emang isi rapatnya beda? Paling juga tentang jam belajar kalian sama biaya sekolah!" Jingga mendengus.

"Kan mau pergantian kurikulum, sama kelas 3 ada pembahasan soal ujian juga katanya," jawab Sadam.

Charming BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang