Ditunggu komennya 😬
###
Waktu memang berlalu begitu cepat saat kita sedang asyik melakukan sesuatu. Itu lah yang dirasakan Jingga saat Regina memberi kabar bahwa cafe mereka sudah jadi.Jingga meringis saat Regina dan Langit mengusulkan agar mereka melakukan pesta pembukaan, tapi Jingga malu jika harus mengatakan pidato di depan banyak orang, apalagi yang tidak dia kenal. Langit tidak bisa membantu karena dia sendiri pun akan melakukan pidato sebagai sponsor, begitu juga Regina.
"Nggak mau!" Jingga merengek dengan wajah merah karena malu, juga setengah menangis.
"Harus mau, dong!" Regina melotot dengan kedua tangan berada di pinggang. "Ini kan juga buat kamu! Biar kamu punya banyak relasi kerja!" Omelnya.
Jingga mencebikkan bibir, menoleh ke arah Langit yang hanya bisa tersenyum salah tingkah. Lelaki itu juga setuju dengan kata-kata Regina.
Pintu diketuk dan seketika Jingga teringat kalau mereka sedang berkumpul di ruang kerja Langit, persisnya mengganggu lelaki itu bekerja. Jimmy masuk setelah Langit memberi ijin.
"Meeting akan dilaksanakan lima belas menit lagi, ada yang ingin saya sampaikan sebelum itu," katanya dengan ragu-ragu melirik ke arah Regina dan Jingga yang duduk di sofa tamu.
"Kita pergi sekarang aja," sahut Langit kemudian bangkit dari kursinya. "Kalian kalau mau tetep disini, silakan aja," tambahnya pada kedua perempuan itu.
"Kami juga mau pergi, kok," kata Regina cepat. "Persiapan buat pesat pembukaan," lanjut perempuan itu.
"Ugh!" Jingga memasang wajah bete. "Terserah deh!" Gerutunya sebal.
Langit mengangguk sedikit, melirik wajah isterinya sebentar lalu pergi. Regina dan Jingga juga meninggalkan tempat tidak lama kemudian. Jingga hanya bisa pasrah saat Regina menyeretnya kemanapun.
"Jadi, gimana kelanjutannya?" Jingga yang menjadi boneka barbie Regina langsung mengerutkan kening bingung saat temannya itu tiba-tiba bertanya.
"Apanya?" Jingga balas bertanya, setengah mati menolehkan kepalanya ke arah Regina. Mereka sedang berada di salon kecantikan langganan Regina dan sedang di pijat sebelum nanti melakukan spa.
"Hubunganmu sama Langit. Ada perkembangan apa?"
Ditanya begitu, otomatis ingatan Jingga kembali ke saat-saat ciuman pertamanya diambil sang suami. Ah! Jingga belum mengumpati Regina soal itu! Yah, walaupun salahnya juga termakan umpan berbau dewasa yang Regina lempar. Regina Sialan! Christian Grey Sialan! Jingga masih malu setengah mati kalau mengingatnya. Belum lagi Langit jadi tersenyum menggoda saat ada kesempatan!
"Jangan rekomendasiin film biru lagi, please!" Pinta Jingga setengah hati. "Bukannya apa-apa, ya! Tapi aku malu ketahuan sama Langit!" Katanya, membuat Regina jadi tertawa.
"Bukannya bagus kalau kalian liat berdua?" Regina masih terpingkal. "Kan nanti judulnya jadi nyenengin suami!"
Jingga tidak membalas, tapi wajahnya kembali memerah.
"Oh, ya, soal tamu undangan, Langit bilang aku harus ngomong ke kamu kalau nanti Amel juga ikut," ucap Regina setelah tenang dari tawanya.
"Hah? Emang kenapa? Kan acara ini nggak ada hubungannya sama dia?" Tanya Jingga.
"Dia kan temen, sekaligus relasi kerja juga. Emangnya kenapa sih? Langit juga maksa banget biar kamu tau?" Balas Regina.
"Aku nggak akur sama Amel," jawab Jingga seperlunya. Tidak perlu menjelaskan lebih jauh karena Regina langsung paham. Tentu saja, kalau melihat masa lalu Langit dan Amel. Jingga sudah tau, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Boss
General FictionSeperti cerita yang umumnya muncul dalam sebuah cerita, kisah pertemuan antara Langit dan Jingga membuat geleng-geleng kepala. Tidak seperti tema Tom and Jerry, Dilan dan Milea atau pun Mr. dan Mrs. Grey, yang membuat para penikmatnya geregetan, cer...