18

253 27 2
                                    

Pandangan kosong, pikiran juga kosong. Yunxi bersandar di kursinya, menghadap ke luar jendela. Buku di tangannya tergantung terbuka. Angin dingin menggerakkan ranting yang rapuh, ketukan ringan dari pohon yang daunnya sudah gugur sepenuhnya membangunkannya. Barulah ia menyadari bahwa ada banyak notifikasi pesan di ponselnya.

Chen Yao? Tiba-tiba sekali?

Yunxi menatap ponselnya sesaat. Rasanya sudah sangat lama sejak terakhir mereka berkomunikasi. Sejak Chen Yao memutuskan hubungan dengannya malam itu tidak pernah sekalipun ia mencoba menghubunginya. Dan sekarang, tanpa angin tanpa hujan, ia meminta untuk bertemu? Bahkan tidak memberinya alasan kenapa dia ingin bertemu dengannya.

Yunxi menyunggingkan senyumnya dan mendengus, “Sangat memaksa, seperti biasa..”

Setelah jam kerjanya selesai Yunxi pergi ke tempat yang diberitahu Chen Yao lewat pesannya. Ia ragu apakah ia harus  menunggu atau mengabari Feiyu bahwa dia ada janji bertemu dengan Chen Yao, dia adalah mantannya bagaimanapun juga. Saat hendak menuju ke ruang klub Feiyu ia mengurungkan niatnya. Sepertinya itu tidak perlu. Ya, kan?

Tempat yang dimaksud Cheng Yao adalah sebuah bar. Bar itu terletak di tempat yang tersembunyi. Kau harus masuk ke sebuah gang, berbelok beberapa kali dan masuk lebih dalam ke jalan yang sempit. Sedikit pesan, akan lebih baik jika pergi ke tempat itu dengan seseorang daripada sendirian. Pintu masuk bar itu terlihat sangat sederhana dari luar, setelah masuk ke dalam bahkan ruangannya terlihat lebih biasa karena bar itu sebernarnya ada di ruang bawah tanah jadi pengunjung harus turun lebih dulu dengan menggunakan tangga yang letaknya agak tertutup di sudut ruangan. Kenapa pemilik bar memilih tempat seperti itu untuk membuka usaha, tidak ada yang tahu alasannya...

Saat masa-masa kuliah dulu, Yunxi dan Chen Yao biasa pergi ke tempat ini. Bisa dibilang mereka seperti pelanggan tetap. Mereka menemukan tempat ini setelah diajak oleh salah satu kakak tingkat mereka. Meskipun bar ini tersembunyi dan tidak terlalu luas namun mereka menyajikan minuman yang tidak akan mengecewakan pelanggan.

Setelah sampai di tujuan Yunxi menggantung mantelnya dan langsung turun ke bawah. Chen Yao sudah duduk di depan meja dengan gelas yang sudah hampir kosong. Penampilannya sangat formal, terlihat dia juga baru saja dari tempat kerja.

“Apa ini? Kau sudah agak teler. Tidak menungguku?” cetus Yunxi sambil menarik kursi di samping Chen Yao.

Chen Yao memberikan tatapan jijik, “Kalau aku tidak menunggumu aku sudah pulang daritadi!”

Yunxi terkekeh, “Eii.. kau dulu sangat manis sekarang jadi makin galak, ya? Heheh,”

“Persetan!”

“Ada apa memanggilku? Merindukanku?” goda Yunxi.

Ekspresi jijik Chen Yao semakin buruk, menghiraukan omong kosong yang dilontarkan Yunxi ia kemudian berkata lemah, “..tidak ada, aku hanya ingin teman minum,”

Mendengar Chen Yao yang tidak seperti dirinya yang biasanya, lebih seperti gadis yang tidak berdaya ia pun mencoba untuk memancingnya, “Hey, aku tidak sesantai itu ok? Aku punya banyak pekerjaan,” keluhnya bercanda.

Chen Yao mengabaikannya. Tidak ingin berbasa-basi, setelah Yunxi memesan minumannya ia pun langsung bertanya, “Bagaimana kabarmu?”

Yunxi, “Biasa saja,”

Di bawah pengaruh alkohol Chen Yao dengan paksa meraup dagu Yunxi dan membawa wajahnya mendekat, “Kulitmu terlihat lebih baik.. kau punya pacar baru?”

“Kenapa? Jika kau mau minta balikan maaf saja tapi aku tidak bisa,” balas Yunxi sambil melepaskan cengkeraman Chen Yao dengan lembut.

“Omong kosong! Siapa yang mau balikan, heh?” tukas Chen Yao lalu menepuk punggung Yunxi keras-keras.

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang