15

315 34 4
                                    

Ceklek

Feiyu pulang sambil membawa kantong plastik di kedua tangannya. Ia mampir ke supermarket sebelumnya untuk membeli beberapa sayuran dan daging. Ia ingin membuat sup untuk Yunxi.

Di dalam apartemen sangat sepi. Bahkan lampunya belum dinyalakan. Feiyu meletakkan sepatunya ke dalam rak kemudian menyalakan lampu. Ia meletakkan semua belanjaannya ke dapur. Terlalu sepi...

Apakah Yunxi keluar?

Feiyu mengecek ke dalam kamar. Di tengah kamar yang luas itu ia melihat sebuah gundukan selimut. Langit senja membuat selimut putih itu seperti memantulkan warna jingga. Tubuh Yunxi terbungkus dengan selimut, tertutup rapat dari kaki hingga ke lehernya, hanya menyisakan setengah wajahnya dan rambut hitamnya yang lebat. Feiyu berdiri di samping Yunxi, menghadang cahaya langit dari luar dengan tubuhnya yang tinggi. Ia memandang wajah Yunxi yang tertidur pulas. Raut mukanya damai dan napasnya teratur. Dengkurannya yang halus seperti dengkuran kucing yang tertidur di pangkuannya. Feiyu mengulurkan tangannya mengusap rambut yang lembut itu. Ia menempelkan dahinya ke dahi Yunxi dan menutup matanya.

Sudah tidak panas...

“..maaf,” ucap Feiyu lirih.

Merasakan sesuatu menyentuhnya perlahan mata Yunxi terbuka. Ia melihat wajah Feiyu sangat dekat di depannya, matanya masih tertutup. Napas Feiyu begitu hangat bersatu dengan napasnya sendiri menggores bibir keringnya. Karena jarak yang begitu dekat, jantung Yunxi jadi berdetak semakin cepat dan cepat. Ia sedikit gemetar. Feiyu merasakan semakin banyak pergerakan di tangannya yang masih mengelus kepala Yunxi. Ia pun kemudian ikut membuka matanya.

Mata Feiyu yang jernih bertemu dengan mata Yunxi yang lembab kemerahan. Dahi mereka masih bersatu, saling berbagi kehangatan. Yunxi mengedipkan matanya, bulu mata itu bergetar. Tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Dengan dorongan yang entah darimana asalnya, Feiyu menutup kelopak matanya lagi, mencium lembut bibir Yunxi. Bibir yang tadinya kering menjadi lembab dengan lumatan Feiyu. Yunxi menutup matanya kemudian, menikmati setiap detik sentuhan Feiyu yang diberikan padanya. Feiyu melepaskan bibirnya dari Yunxi lalu mengusap pipinya dengan penuh perhatian.

“Selamat sore, Yunxi,” sapanya sambil tersenyum hangat.

“Mn, kau pulang,” balas Yunxi mengecup Feiyu sekali lagi.

Feiyu membantu Yunxi untuk duduk. Ia berjalan ke arah jendela, menutup gorden lalu menyalakan lampu. Menanggalkan seragamnya lalu berganti dengan kaos dan celana pendek. Feiyu duduk di samping Yunxi. Ia membawa kepala Yunxi untuk bersandar di bahunya.

“Apa kau masih sakit?” tanya Feiyu sambil mengelus rambut Yunxi.

“Tidak. Aku sudah bisa jalan. Hanya saja...”
“Mm? Ada apa?”

“...aku lapar,” lanjut Yunxi tersenyum memamerkan giginya.

Feiyu tertawa geli kemudian membawa Yunxi tenggalam ke dalam pelukannya, “Ahahaha... Kalau begitu ayo kita makan! Akan kubuatkan sup!”

“Okey!” balas Yunxi bersemangat.

Feiyu membuatkan Yunxi sup ayam untuk makan malam. Selesai makan bersama, Feiyu tidak membiarkan Yunxi untuk membersihkan peralatan makan seperti biasanya. Ia membereskan semuanya sendiri. Feiyu bahkan tidak membiarkan Yunxi untuk berjalan terlalu banyak sebelum lukanya benar-benar sembuh. Ia menggendong Yunxi kembali ke kamarnya.

“Feiyu, aku sungguh sudah tidak apa-apa. Tidak perlu memperlakukanku seperti puteri,”

“Baik, pangeranku,” balasnya tanpa berkedip.

Yunxi memukul dada Feiyu geli, “Dasar!”

Setelah menerapkan obat di tempat yang masih sedikit lecet lalu menutup seluruh tubuh Yunxi dengan selimut yang tebal Feiyu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengeluarkan barang itu lalu memberikannya pada Yunxi.

“Aku membeli buku ini tadi. Kau suka penulis ini, kan?” ujar Feiyu sambil menyerahkan buku itu kepada Yunxi.

Mata Yunxi berbinar-binar saat melihat cover buku itu, “WAH!! Aku suka! Terima kasih,”

“Bacalah itu. Aku akan mandi dulu,” ujarnya sambil mengecup kening Yunxi lalu keluar kamar.

“Mn”

Selesai mandi, Feiyu kembali ke kamar dan menemukan Yunxi yang sudah terlelap dengan buku yang tadi ia beli masih berada di pangkuannya. Feiyu mengambil buku itu, meletakkannya di atas nakas lalu memperbaiki posisi tidur Yunxi. Mengelus sisi wajah Yunxi dengan lembut, ia mendesah dengan pelan. Setelah itu ia bangkit lagi, keluar kamar. Yunxi terbangun mendengar suara pintu yang tertutup.

Hm?? Dia mau kemana?

Yunxi menyibakkan selimut yang menutup tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu. Saat tangannya sudah memegang knob pintu ia mendengar suara samar-samar.

“Halo?”

"Halo. Siapa ini?"

“Ini aku. Kita bertemu tadi sore. Ngomong-ngomong kapan kita bisa bertemu lagi?”

“Oh, ini kau. Kapanpun kau bisa,”

“Baiklah aku akan menghubungimu lagi besok,”

“Panggil aku kapanpun kau siap,”

Yunxi tidak jadi membuka pintu itu. Ia berbalik ke ranjang dan berbaring, menutup tubuhnya kembali dengan selimut. Saat Feiyu kembali masuk ke kamar, Yunxi memejamkan matanya, pura-pura tidur.

…dia bicara dengan siapa?

♡٩꒰๑• •๑꒱۶♡

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang