1

656 83 4
                                    

Chen Feiyu lahir dan besar di Amerika, karena satu dan lain hal ia kembali ke Cina musim dingin tahun lalu. Musim semi ini ia pindah ke SMA favorit di kota tempat ia tinggal sekarang. Meskipun ia tidak memiliki karakteristik fisik darah campuran namun fakta bahwa ia datang dari luar negeri tetap membuatnya menjadi pusat atensi di sekolah barunya. Di hari pertamanya tidak banyak yang berani berbicara padanya. Entah karena wajahnya yang terkesan serius dan mendominasi atau karena mereka pikir dia hanya bisa berbicara dengan bahasa Inggris. Namun setelah mengetahui bahwa dia orang yang ramah dan fasih berbahasa Cina orang-orang mulai mengerumuninya. Tidak sedikit murid perempuan dari kelas yang berbeda menunggu di depan kelasnya, berharap bisa berbincang dengannya. Feiyu semakin populer ketika ia menerima tawaran dari kakak kelas untuk mengikuti klub basket. Lapangan tempat latihan basket yang biasanya hanya ditonton segelintir orang, sejak Feiyu bergabung tempat itu jadi penuh sesak. Tiap kali Feiyu mencetak skor, suara teriakan fansnya yang mayoritas adalah perempuan terdengar menggema ke seluruh lingkungan sekolah, tak terkecuali ke ruang UKS.

Cuaca hari ini sangat cerah. Udaranya tidak dingin ataupun panas, sangat nyaman. Mood Yunxi terasa sangat baik sehinga ia pun memutuskan untuk membaca novel favoritnya. Spot terbaik untuk membaca novel adalah di dekat jendela. Selain pencahayaannya bagus ia juga bisa menghirup udara segar dari luar. Dengan begitu ia pun berjalan menuju ke jendela, menarik kursi yang ada di dekatnya lalu membuka kaca jendela. Siapa sangka setelah setelah ia mendorong kaca itu ke samping ia langsung disambut teriakan nyaring dari bawah. Yunxi yang kembali tersadar dari keterkejutannya menjulurkan lehernya dan mengintip ke bawah. Ia melihat ditengah lapangan beberapa murid sedang bermain basket, di sekeliling lapangan itu dipenuhi oleh murid-murid perempuan yang bersorak dengan semangatnya, beberapa membawa pom-pom bahkan ada yang membawa banner.

 Ia melihat ditengah lapangan beberapa murid sedang bermain basket, di sekeliling lapangan itu dipenuhi oleh murid-murid perempuan yang bersorak dengan semangatnya, beberapa membawa pom-pom bahkan ada yang membawa banner

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa ramai sekali? Mereka hanya bermain basket, ini tidak seperti mereka sedang mengadakan konser.

Yunxi menghela napas lemah. Ia memutuskan untuk menutup jendela kembali, setelah itu ia mulai membaca novel di tangannya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk tenggelam dalam cerita yang ia baca. Setelah hampir menghabiskan 3 bab, pintu tiba-tiba berderak. Seseorang berdiri menutup akses pintu dengan ekspresi datar.

Hm? Dia terlihat asing...

Sedetik kemudian ia ingat bahwa ada seorang murid pindahan baru-baru ini. Mungkinkah...

"Ah, kau anak baru itu, ya?"

Feiyu mengangguk mengiyakan dengan darah masih mengalir dari hidungnya. Yunxi merasa geli melihat ekspresinya yang sangat polos, tidak cocok dengan wajahnya yang tampan.

"Apa yang kau lakukan disitu? Masuklah. Jangan menghalangi pintu,"

Setelah menutup pintu, Feiyu langsung berjalan mendekati Yunxi.

"Duduklah dulu disitu," ucap Yunxi sambil mengambil kotak P3K.

Yunxi mulai membersihkan darah di wajah Feiyu, "Apa yang kau lakukan hingga berdarah seperti ini?"

Feiyu, "Aku tidak sengaja terkena bola basket saat bermain tadi,"

"Hmm untunglah hidungmu tidak patah. Kau harus berhati-hati lain kali. Jagalah asetmu dengan baik," ujar Yunxi bercanda.

Feiyu hanya berkedip menanggapi guyonan Yunxi.

"Jam istirahat akan segera berakhir. Kau ingin berisirahat disini atau kembali ke kelas?"

"Bolehkah aku tetap disini?"

"Tidak."

Feiyu menurunkan pandangannya, kecewa, "..oh"

Yunxi menahan tawanya, puas menggoda murid baru ini, "Aku hanya bercanda, kau bisa tetap disini jika kau mau. Aku akan memberi tahu gurumu,"

Seperti seekor anjing yang dipuji tuannya dengan ekor berkibas-kibas, mengangkat kepalanya, Feiyu tersenyum kepada Yunxi, "Terima kasih!"

Melihat senyumnya tiba-tiba dada Yunxi terasa berdenyut lebih kuat dari biasanya. Yunxi segera berbalik, ia mencoba mengalihkan pikirannya lalu berdehem, "Uhm.. apakah kau sudah makan siang?"

"Aku membeli sandwich tadi,"

"Kau hanya makan itu?! Ai, anak muda harus makan yang banyak atau kau tidak akan tumbuh..." kata "tinggi" hampir terselip dari lidahnya, melihat tubuh Feiyu yang tingginya hampir setara dengan pintu ruangannya ia pun menelan kata itu kembali.

"...pintar," sambungnya.

"Kebetulan aku membawa bekal lebih hari ini, mau makan bersama?"

Mendengar tawaran itu Feiyu langsung mengangguk dengan semangat.

Yunxi seperti bisa melihat mata anak itu berkilau-kilau seperti anak anjing. Ia harus menahan diri untuk tidak mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Feiyu seperti mengusap kepala anak anjing.

Sejak saat itu, setelah latihan Feiyu sering mampir ke ruang UKS sekedar untuk makan siang bersama dengan Yunxi. Yunxi pun dengan senang hati menghabiskan waktu dengan Feiyu, ia bahkan sudah terbiasa membawa 2 bekal, untuknya dan Feiyu masing-masing. Selain itu, Yunxi meminta Feiyu untuk memanggilnya "gege" saja agar tidak terlalu formal. Semuanya terlihat baik-baik saja dan sempurna hingga beberapa murid perempuan mulai mendatanginya dan selalu bertambah tiap harinya. Itu bukan karena ia populer, tapi karena mereka ingin bertanya mengenai Feiyu.

"Guru, kulihat akhir-akhir ini Chen Feiyu sering mampir ke ruanganmu, apakah kesehatannya bermasalah?" tanya salah seorang murid perempuan.

"Tidak, dia sangat sehat. Dia hanya datang untuk mengobrol beberapa hal yang biasa saja, tidak penting," balas Yunxi tersenyum.

"Ah, begitu... Umm, Guru, jika ada kesempatan bisakah... bisakah tanyakan apakah Feiyu memiliki seseorang yang ia suka.." tanyanya lirih.

Gadis itu menutup sebagian wajahnya dengan buku di tangannya, malu. Senyum Yunxi tidak berubah sedikitpun. Ia tidak terkejut lagi dengan pertanyaan semacam ini. Apa dia memiliki pacar, gadis seperti apa yang ia sukai, apa makanan kesukaannya, apa barang yang ia inginkan, dan pertanyaan lain yang ia tentu juga tidak tahu jawabannya. Ia hanya tahu apa makanan kesukaan Feiyu. Begitu ia memberi tahu hal itu kepada salah satu siswi dalam satu hari berita itu tersebar ke seluruh fansnya Feiyu. Lucunya, meskipun para perempuan itu juga menawarkan bekal makanan untuk Feiyu namun ia selalu menolak dan lebih memilih bekal buatannya. Melihat hal itu tiba-tiba rasa bangga diri menggelitik perutnya hingga ke dadanya, ahaha.

♡٩꒰๑• •๑꒱۶♡

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang