8

358 40 1
                                    

Tik‥ tik‥ tik‥

Sangat bosan...

Haruskah aku jalan-jalan sebentar?

Yunxi menutup pintu di belakangnya, keluar dari ruangan berjalan menuju koridor. Ia tidak tahu mau kemana. Hanya berjalan-jalan saja, kemanapun, asal tidak di ruangannya, sangat jenuh. Beberapa menit berjalan tanpa sadar ia sudah sampai di gedung sebelah.

[ 2−C ]

Melihat tanda papan itu Yunxi berhenti sejenak. Ia mengendap-endap di tembok kelas. Menengok ke kanan lalu ke kiri, melihat tidak ada seorang pun dari ujung ke ujung koridor ia pun mengangkat kepalanya sedikit, mengintip. Murid-murid sedang fokus pada kertas di depan mereka. Begitu pula Feiyu. Ia terlihat setengah malas, menopang dagunya sedang tangan yang satunya bermain-main dengan bolpen, memutar-mutarnya berirama.

Sepertinya mereka sedang mengerjakan tes...

“Guru?”

Yunxi terperanjat hampir membuat kepalanya terantuk jendela. Seperti pencuri yang tertangkap basah, ia segera berbalik dan mendapati seorang siswi berdiri di belakangnya.

“Guru, apa yang kau lakukan disini?” siswi itu bertanya dengan wajah polos.

Keringat dingin hampir menetes di punggungnya, “A..ah.. ahaha... Aku tidak sengaja menjatuhkan kunciku tadi,” jawabnya sambil tersenyum dan menepuk-nepuk sakunya yang kosong.

Siswi itu mengangguk-angguk bodoh, “Oohh...”

Sebelum siswi itu bertanya lebih banyak ia segera menyela, “Kau sendiri apa yang kau lakukan disini? Cepat kembali ke kelasmu!”

Siswi yang baru saja kembali dari toilet itu mendapati omelan bergegas berlari kembali ke kelasnya.

Setelah siswi itu pergi Yunxi kembali melirik ke kelas Feiyu. Siapa sangka begitu ia melihat ke dalam kelas tatapannya langsung bertemu dengan Feiyu. Feiyu melihatnya dengan tatapan nakal dan mengejek sambil menahan tawa. Yunxi yang malu hingga telinganya memerah segera kabur dari tempat itu sambil pura-pura memperbaiki kacamatanya untuk menutupi sebagian wajahnya.

Yunxi tidak langsung kembali ke ruangannya. Ia takut kalau-kalau Feiyu akan menemukannya disana saat jam istirahat lalu mengejeknya habis-habisan karena hal tadi. Ia berjalan hingga keluar gedung menuju taman. Sudah hampir musim gugur namun karena berlari tadi ia jadi merasa sedikit gerah. Ia membeli teh dingin dari vending machine kemudian duduk di bangku taman. Meneguk teh dingin di tangannya, ia mendongakkan kepala melihat dedaunan di atasnya yang hampir berubah warna. Yunxi menghela napas, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sepertinya baru kemarin ia bertemu bocah itu yang datang ke ruang uks dengan wajah bodoh meskipun darah mengalir dari hidungnya. 2 bulan hidup bersamanya, siapa sangka bocah itu akan jadi pacarnya.

“Ngeeeong~!!”

Suara yang melengking itu membuyarkan lamunan Yunxi. Ia melihat ke kanan dan ke kiri namun ia tidak menemukan apa-apa. Beberapa detik kemudian suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dan sepertinya tidak hanya ada satu. Ia bangkit lalu berbalik. Di dekat semak-semak tak jauh dari tempatnya duduk, sepasang kucing sedang menikmati waktu mereka. Alis Yunxi berkedut melihat sepasang kucing itu tumpang tindih.

“Siang-siang begini... tak tau malu!

“Siapa?” tanya Feiyu sambil mendaratkan dagunya ke kepala Yunxi.

“WAH!”

“Aduh!”

Yunxi yang kaget mendapati seseorang tiba-tiba menyender di belakangnya refleks menegakkan tubuhnya lagi, membuat kepalanya menabrak dagu orang di belakangnya. Feiyu mengusap-usap dagunya kesakitan. Yunxi melirik Feiyu masam.

Kalian anak muda! Suka sekali mengagetkanku! Hmph!

“Ge, kepalamu keras sekali!”

“Jika aku sariawan aku tidak bisa menciumm.. mph!”

Yunxi membekap mulut Feiyu rapat-rapat sambil mengangkat satu jarinya ke bibirnya sendiri, menyuruhnya diam. Feiyu tidak bisa melepas bekapan Yunxi namun ia tidak kehilangan akal. Dijilatnya telapak tangan yang mungil dan putih itu seperti menjilat permen susu. Merasa geli, Yunxi segera menarik tangannya kembali lalu memukul pundak Feiyu sebagai gantinya. Feiyu tertawa puas menggoda Yunxi.

“Ge, kau sangat berani melihat porno di siang bolong, di sekolah pula!”

“Omong kosong!”

Feiyu menunjuk ke arah sepasang kucing tadi dengan dagunya, “Itu, gege baru saja melihat mereka kawin, kan?”

“Aku tidak melihat! Mereka yang tidak tahu tempat, hmph!”

Yunxi hendak pergi namun Feiyu menariknya kembali.

“Baiklah, baiklah, gege tidak lihat,” ucapnya mengelus-elus rambut Yunxi.

Kaleng teh yang dipegangnya daritadi kini telah berpindah tangan saat Feiyu tiba-tiba merebutnya dari tangannya.

“Hey, tehku!” protes Yunxi.

“Ini,”

Feiyu menyerahkan teh baru kepada Yunxi. Teh itu sama seperti miliknya sebelumnya, hanya saja itu terasa hangat di genggamannya. Ia mengangkat wajahnya menghadap Feiyu terheran.

“Jangan minum yang dingin, tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap Feiyu sambil mengusap kepalanya sekali lagi sambil tersenyum kemudian berlalu begitu saja.

♡٩꒰๑• •๑꒱۶♡

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang