20

250 21 0
                                    

“Sudah selesai?”

Feiyu keluar dari kamar membawa sebuah celana ditangannya lengkap dengan dalamannya setelah Yunxi membukakan pintu. Ruang tamu yang tadinya berantakan dan kotor kini telah sepenuhnya dibersihkan dan dirapikan.

Yunxi hendak mengambil celana di tangan Feiyu namun yang lain dengan sigap mengelak. Masih dengan wajah datar Feiyu berlutut di depan Yunxi, menyiapkan celana tepat di depan kakinya. Feiyu mendongak dan matanya bertemu dengan wajah Yunxi yang agak memerah akibat rasa malu, terkejut, dan keheranan bercampur jadi satu. Feiyu masih berada di posisinya, dalam diam meminta Yunxi untuk memasukkan kakinya.

Yunxi “Aku akan pakai sendiri,”

Sedikit tidak biasa, Feiyu dengan patuh berdiri dan menyerahkan celana itu kepada Yunxi.

Biasanya dia akan memaksa lalu memohon agar keinginannya terpenuhi...

Hatinya sedikit tergelitik namun Yunxi segera menepis perasaan itu. Feiyu berjalan lurus ke dapur untuk mengambil minum. Bersandar di meja makan, pandangannya masih terpaku pada punggung orang yang masih berdiri di ruang tamu. Bersamaan dengan Feiyu mengarahkan gelas ke bibirnya, kaos Yunxi sedikit tersibak ketika ia membungkuk untuk mengenakan celananya. Feiyu mengangkat sudut bibirnya, mengusap tetesan air yang tersisa.

“Yunxi.”

Dipanggil langsung dengan namanya, Yunxi sontak menoleh dan menemukan Feiyu sudah ada di belakangnya. Menutupi keterkejutannya, ia pun membalas santai, “..ng?”

Feiyu, “Kau darimana semalam?”

Yunxi, “Bar.”

“Ini pertama kalinya kau ke bar sejak kita pacaran..” cetus Feiyu sambil terus menatap mata Yunxi.

Yunxi mendengus ringan, setengah tersenyum, dia membuang wajahnya ke samping, “Tentu saja.. kita baru pacaran sebentar... Aku dulu sering ke bar dengan A-Yao-”

Menyadari bahwa ia telah tanpa sengaja menyebut nama itu Yunxi pun langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Setelah beberapa detik sunyi yang membekukan, dengan ragu Yunxi mencuri pandang ke arah Feiyu hanya untuk menemukan ekspresi pria di depannya yang sudah sepenuhnya gelap.

“A..Yao..?” tanya Feiyu dengan tekanan di suaranya.

Feiyu maju selangkah, “..siapa?”

Yunxi mundur selangkah. Tatapan mereka masih terkunci, namun Yunxi tetap diam. Feiyu mendorongnya lagi hingga kaki Yunxi menabrak punggung sofa. Ia tidak punya tempat melarikan diri lagi.

Akhirnya dengan pasrah Yunxi pun mengaku, “... mantanku,”

Feiyu tidak memberikan respon apapun. Ia terdiam di tempat sesaat, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun berbalik dan pergi keluar. Begitu pintu tertutup sepenuhnya, Yunxi hanya bisa memandang bayangan kepergian Feiyu.

Seharian itu Yunxi tetap di dalam apartemen menunggu kepulangan Feiyu. Dia tidak mungkin pergi ke sekolah tanpa seragam. Feiyu keluar tanpa membawa ponselnya jadi akan lebih baik jika dia juga tidak keluar, daripada hanya berputar-putar mencarinya tanpa tujuan. Dari siang hingga sore ada banyak pesan masuk ke ponsel Feiyu, namun ia pun tidak bisa membukanya karena ponselnya dikunci.

Malam harinya sekitar jam sepuluh Feiyu akhirnya pulang. Yunxi yang sedang mengolah data di ruang tamu langsung berdiri ketika mendengar suara pintu dibuka. Dia khawatir setengah mati menunggunya pulang, dan Feiyu pun menangkap ekspresi itu. Ia berjalan menghampiri Yunxi kemudian memeluknya erat. Tubuhnya dingin karena angin malam. Tidak ada satupun yang bersuara. Sulit untuk mengeluarkan perasaan masing-masing, tapi pelukan yang lain terasa begitu  nyaman, membuat mereka lupa dan semakin jauh tenggelam dalam kehangatan.

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang