19

363 28 9
                                    

Untuk membujuk Yunxi yang (mungkin) masih merajuk dan agar hubungan mereka bisa membaik, hari ini Feiyu menyiapkan makan malam yang romantis lengkap dengan buket bunga yang tadi ia beli di perjalanan pulang. Sayangnya sampai hampir tengah malam masih belum ada tanda-tanda Yunxi akan segera pulang. Ia bahkan tidak menghubunginya satu kalipun. Feiyu menelponnya berkali-kali namun tidak ada jawaban. Lilin di tengah meja terus menetes, berkumpul di kaki penopangnya hampir meluap dan mengotori alas meja. Feiyu meniup nyala api itu sebelum mereka terbakar sepenuhnya. Lilin terakhir belum padam dan pintu tiba-tiba terbuka. Orang yang baru masuk itu berjalan sempoyongan, melempar sepatu dan tasnya di sembarang tempat. Yunxi pulang dalam keadaan mabuk.

Dengan pandangan yang tidak fokus Yunxi melihat ada sesuatu yang tidak biasa di ruang tengah. Meja makan yang biasa ia dan Feiyu pakai untuk makan bersama kini terlihat hampir sama seperti yang ada di restoran yang pernah mereka kunjungi dulu. Beberapa makanan yang ia tidak bisa lihat dengan jelas dan di tengah meja itu sebuah api lilin menyala dengan canggung diantara lilin lainnya yang sudah mati.

Feiyu, “Ge?”

Sepasang tangan memegang kedua lengannya, membantu menopang berat tubuhnya agar ia tidak roboh di lantai. Karena pengaruh alkohol cukup kuat Yunxi bahkan tidak menyadari bahwa Feiyu sudah ada di belakang tubuhnya.

“Ah?” Yunxi memandangi Feiyu dengan ekspresi bingung. Sedetik kemudian senyum yang konyol muncul di wajahnya, “Feifei~ Feifei-ku~”  panggilnya sambil mengusap kepala Feiyu dan mengacak-acak rambutnya. Rambut Feiyu yang tadinya sudah disisir rapi sekarang terlihat seperti sarang burung yang berantakan. Pada saat itu juga Feiyu mengalami perasaan nostalgia yang aneh.

Yunxi menarik leher Feiyu hingga keduanya berada di level yang sama, “Rindu kau ahh..” ujar Yunxi kemudian mencium mata Feiyu dengan lembut.

Puas mencium wajah Feiyu ia pun berhenti berulah. Dalam diam menatap mata satu dengan lainnya. Pandangan Feiyu bergerak ke bawah mengamati bibir tipis itu. Ia pun kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan, memperpendek jarak mereka. Napas panas Yunxi yang penuh dengan aroma alkohol menyelimuti wajah Feiyu seperti kabut. Kurang dari satu sentimeter lagi bibir yang manis itu dapat ia lahap sesuka hatinya namun sayangnya entah karena alasan apa Yunxi tiba-tiba memukulnya dengan membabi buta, “Jahat! Jahat! Benci!!”

“Anjing nakal! Kupukul kau kupukul!” teriak Yunxi masih memukuli badan Feiyu.

“AH! AI! GE!!”

Feiyu memasang posisi bertahan mencoba mengelak dari serangan Yunxi, “Aw! Sakit! Stop! Yunxi!!”

Seperti mendengarkan perintah Feiyu dan menjadi patuh, Yunxi menghentikan jurus pukulan seribu telapak tangannya seketika. Ia berdiri disana, mematung, dengan kepala menggantung.

Feiyu, “..Ge?”

Dengan gedebuk lutut Yunxi menghantam lantai keramik yang dingin.

“??!!” Feiyu sangat terkejut hingga rasanya jantungnya jatuh ke perutnya. Ia pun buru-buru menghampiri Yunxi yang saat ini tengah berlutut. Ia mencoba untuk membuatnya bangkit namun Yunxi menolak, merekatkan lututnya ke lantai lebih lagi.

“Apa kau sudah bosan ah? Apa aku dicampakkan lagi?”

Wuwuwu.. malangnya nasibku wuwuwu..

Feiyu masih belum pulih dari keterkejutannya akan tingkah aneh Yunxi. Serentetan kejadian aneh ini membuat otaknya berhenti berfungsi. Dan kini, si pemabuk Yunxi, yang tadi memukulnya dengan sengit sekarang malah memeluk pahanya dan merengek seperti anak kecil.

”Jangan.. tinggalkan aku..”

Feiyu, “...”

“Tidak bisa.. tinggalkan aku.. tidak boleh”

Love Flying to the CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang