15. The truth of her death

1.1K 90 7
                                    

Jaemin menarik tangan Heejin hingga masuk ke sebuah ruangan yang diduga merupakan kamar milik Heejin. Untuk sejenak Heejin merasa sedikit takut karena perubahan sikap Jaemin. Ia terlihat berbeda dari yang biasanya. Jaemin menghempaskan tubuh Heejin dan ia juga naik di atas Heejin berniat untuk menindihnya. Jaemin melepaskan sabuk yang ia kenakan lalu ia gunakan untuk mengikat kedua pergelangan tangan Heejin.

"Jaemin!! apa yang kamu lakukan?!?"

Jaemin terdiam seraya mengencangkan ikatan sabuknya. Setelah selesai, ia menatap Heejin yang ada di bawahnya. Lelaki itu memberikan senyuman sinis ke arah Heejin.

"Bukankah kamu menginginkan ini? Saya akan mewujudkannya untukmu"

"Ingat Jaem, aku tidak akan memberikan informasi apapun jika kamu berani macam macam" ancam Heejin dengan nada menantangnya. Jaemin hanya terkekeh pelan seolah mengejek gadis di bawahnya.

"Saya tidak takut dengan ancamanmu" jawab Jaemin dengan santai.

"NA JAEMIN!!!"

PLAKKK

Jaemin menampar Heejin dengan keras dan menarik rambut Heejin dengan kuat. Raut wajah lelaki itu masih terlihat sangat santai namun tatapannya begitu menusuk. Heejin sampai tidak berani menatap Jaemin kali ini.

"Apa kamu pikir saya tidak tau rencanamu?"

"A..apa maksudmu?"

"Dari dulu hingga sekarang, kamu tidak pernah berubah Jeon Heejin. Kamu dulu memperalat Bae Nari untuk mendapatkan saya, bahkan setelah kematiannya kamu masih menggunakan dia sebagai alasan. Bukan begitu?" ujar Jaemin seraya mendekatkan wajahnya dengan satu tangannya mencengkeram dagu Heejin. Seketika mata Heejin membulat dan ia langsung terdiam.

"Saya semakin yakin kamu terlibat dalam kematiannya.."

"Apa yang kamu bicarakan??? A..Aku ti..tidak terlibat dalam kematian Bae Nari. Aku tidak membunuhnya!!"

"Oh ya? Bagaimana jika nanti saya mencari tau sendiri dan menemukan bukti bahwa kamu juga terlibat?"

Ucapan Jaemin membuat Heejin terdiam sejenak dan hendak mendorong Jaemin dengan kedua tangannya. Namun dengan sigap tangan Jaemin menahan tangan Heejin dan meletakkannya di atas kepala.

"Heejin, saya masih bisa memaafkan kamu jika kamu memberikan bukti itu pada saya selagi saya memintanya dengan baik baik. Sebaliknya, saya akan membuatmu tersiksa jika kamu menolaknya."

"Sudah kukatakan kamu harus berkencan denganku baru aku memberikannya pad-"

Belum sempat Heejin menyelesaikan ucapannya, satu tangan Jaemin mendekatkan pisau lipat yang ia bawa ke arah pipi Heejin. Seketika Heejin merasa ketakutan dan semakin gugup.

"Sepertinya tidak ada cara lain agar kamu mau memberikannya. Berikan atau kamu akan lenyap di tanganku saat ini juga.." bisik Jaemin. Heejin semakin menunduk seraya melirik ujung pisau yang menempel di pipinya. Bibirnya bergetar bahkan air matanya turun karena saking takutnya.

"BAIKLAHH!! AKU AKAN MEMBERIKANNYA PADAMU!! AMBIL PONSELKU DI SANA" ujar Heejin sambil berteriak. Diliriknya meja rias dan benar saja di sana terdapat ponselnya. Jaemin mengikuti arah pandangan Heejin dan segera menjauhkan pisau lipatnya dari wajah Heejin. Dia juga beranjak dari atas tubuh Heejin lalu menarik Heejin untuk bangun.

"Aahkh sakit jaem!!"

Rintihan sakit Heejin tidak dipedulikan oleh Jaemin. Ia menarik Heejin dan mengambil ponsel tersebut. Tangannya menyerahkan ponsel itu ke Heejin sambil menatapnya tajam.

"Buka sandinya"

Heejin meraih ponselnya dan membuka sandi dari ponselnya. Setelah terbuka, Jaemin langsung merebut ponsel itu dari Heejin. Ia segera mencari bukti pembunuhan Bae Nari dari beberapa folder dan galeri ponsel milik Heejin. Heejin masih terdiam saat Jaemin memeriksa ponselnya dengan satu tangan memegangi lengannya. Jaemin terdiam saat menemukan sebuah video dimana Bae Nari disekap. Ia menoleh ke Heejin sekilas saat ia menonton video itu.

THE SEXRET BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang