22. The Wedding

689 62 7
                                    

at Jaemin's Apartment

Jung Nari mencoba membuka kedua matanya perlahan. Hal pertama yang ia rasakan adalah sakit di beberapa bagian tubuhnya terutama pada bagian pergelangan tangan dan kakinya. Gadis itu meringis pelan sambil berusaha untuk bangun dari posisi baringnya menjadi duduk. Arah pandangannya beredar dan menyadari bahwa kini ia sudah berada di kamarnya. Lantas ia juga melihat ke arah jam yang ada di atas nakas. Tepat tengah malam. Bukannya tidur, namun Nari memilih untuk beranjak. Bukan karena apa, tapi ia ingin mencari keberadaan kekasihnya. Seingatnya Jaemin lah yang membawanya pulang.

Perlahan ia berjalan keluar dan memperhatikan sekeliling. Hening. Tidak ada siapa - siapa di lantai dasar bahkan maid sekali pun.

"Bodoh sekali Jung Nari, sudah jam berapa sekarang? Jelas mereka semua sudah tidur.." batinnya seraya menggelengkan kepala.

Namun saat ia hendak melangkah kembali menuju kamarnya, terdengar suara dari lantai atas. Hal itu membuatnya mengurungkan niatnya kembali tidur dan malah naik ke lantai dua. Dengan langkah kaki perlahan dan sedikit terseok akhirnya Nari tiba di lantai atas. Ia mengikuti dari mana asal suara tersebut hingga sampai pada kamar Jaemin. Perlahan Nari masuk ke dalamnya, mata Nari fokus pada seseorang yang tengah menduduki kursi piano. Sudah pasti ia Jaemin. Tubuhnya jelas sekali membelakangi pintu kamar, sehingga Nari hanya bisa melihat punggung itu dengan jelas. Namun ia tidak memainkan pianonya, melainkan hanya menyembunyikan wajahnya di balik lengannya yang ia letakkan di atas tuts piano seraya menangis lirih.

Nari terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia mendekat dan memeluk pemilik punggung itu dari belakang. Gadis itu memeluk lehernya juga menundukkan wajahnya hingga tenggelam pada pundak lelakinya itu.

Jaemin mulai menghentikan tangisnya saat menyadari ada seseorang yang memeluknya. Ia yakin bahwa kekasihnya terbangun karenanya. Saat ia hendak membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke Nari, namun gadis itu tetap mempertahankan posisinya. Ia tidak bicara sepatah katapun dan tetap memeluk Jaemin dari belakang. 

"Maaf aku tidak bisa menjagamu dengan baik, Nari.." sesalnya.

"Bahkan aku juga membuat Jaehyun hyung menanggung semua tanggung jawab yang seharusnya menjadi milikku.." lanjutnya dengan suara yang cukup lirih.

Nari hanya terdiam dan sedikit mengeratkan pelukannya pada leher lelakinya. Ia membiarkan lelakinya itu mengeluarkan semua isi hatinya hingga merasa lebih baik. Dengan sabar Nari mencoba memahami situasi yang dihadapi oleh Jaemin sambil mendengarkannya.

"Aku benar - benar tidak berguna Nari.."

"Sstt.." desis Nari sambil menggelengkan kepalanya. Gadis itu masih berusaha menenangkan Jaemin dengan penuh kesabaran.
"Tidak ada yang menganggapmu begitu."

"Tapi itu faktanya. Aku memang seperti itu. Tidak berguna."

Jung Nari yang mendengar hal itu lantas mengangkat wajahnya dan memegang pipi kiri Jaemin agar lelaki itu menoleh ke arahnya. Tak lama ia pun mengecup bibir Jaemin sejenak sebelum akhirnya ia menjauhkan wajahnya dan menatap lekat mata Jaemin.

"Berhenti menyalahkan dirimu, Jaem. Dengarkan aku.."
"Aku yakin tuan Jaehyun melakukan itu bukan tanpa alasan. Dan aku yakin dia memiliki banyak pertimbangan sebelum mengambil keputusan itu. Jika kamu berpikir alasan tuan Jaehyun melakukan itu karena kamu tidak berguna, maka itu salah besar. Pada kenyataannya dia tidak menganggapmu begitu. Kamu tahu apa yang kulihat dari dirinya saat ia mengatakan itu?"

Jaemin terdiam sejenak sambil berusaha mendengar penuturan Nari. Lantas ia menggelengkan kepalanya perlahan tanpa mengalihkan pandangannya dari sang kekasih. Jemari Nari masih tetap pada pipi Jaemin dan mengusapnya dengan perlahan.

THE SEXRET BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang