Fredrick di tugaskan di sebuah kantor yang di pimpin oleh Kakeknya Hanson Van Buthjer, ia melihat para tentara Belanda sedang Asyiknya mengobrol dan bertugas.
"Letnan." Dua orang tentara berpangkat rendah memberi hormat padanya membuat Fredrick menganggukan kepala, setelah dua prajurit it berlalu Fredrick menyalakan cerutunya kemudian menghisapnya dan menyembulkannya ke udara.
"Fredrick!" Hanson memanggil cucunya yang lengkap dengan seragam dinas.
"Mijn kleinzoon." Hanson memeluk juga mencium kedua pipi sang cucu.
"Hoe gaat het met je, Opa?" tanya Fredrick pada sang kakek. (Bagaimana kabarmu, Kakek.)
"Je oom, Joseph. op je gewacht...," Hanson merangkul cucunya untuk menuju ke dalam ruangan di gedung ini, tampaklah seorang pria di ruangan sedang sibuk dengan tumpukan kertas sambil menghisap cerutunya.
Joseph tak sadar jika keponakannya ada di hadapannya, "Joseph."
"Hoe gaat het, papa?" tanya Joseph yang mengenakan seragam militer sambil sibuk di tumpukan kertas, "Papa, ik zoek een strategie om de rebellen af te schrikken." Pria berambut coklat yang wajahnya dominan mirip Lastri masih fokus dengan cerutunya.
"Apa je, Fredrick?" tanya Joseph berusaha mengenali keponakannya.
"Jaa." Fredrick menjawab.
Paman dan keponakan itu langsung saling mendekap, kemudian mereka menyudahinya tatkala harus memimpin pasukan yang lagi berjaga. Saat Joseph juga Fredrick sedang berjalan salah satu kacung tanpa sengaja menabrakan diri pada Joseph sontak kacung itu langsung di pukuli oleh Joseph dengan amarah.
Fredrick hanya terdiam melihat sang paman memukuli pria pribumi tersebut, ia sebenarnya tak tega tapi demi menjaga wibawa serta bisnisnya pemuda itu hanya diam saja.
****
Nindita sedang berjalan bersama gadis-gadis pribumi sebayanya ia bersenda gurau di bawah langit sore yang sedikit mendung, "aku tak melihat Ningrum? kemana dia?" tanya Nindita sambil mengerutkan keningnya.
"Apa kamu tidak tahu? kalo Ningrum sudah di jadikan Gundik karena orangtuanya terlilit hutang oleh Menner Jantje?" ucap Arsih pada Nindita.
"Hah?!" Nindita nampak terkejut matanya membulat lantaran ia tak tahu hal ini.
"Yowiss aku mau pulang takut bo--" belum sempat Nindita berucap ia menabrak seseorang.
"Aduh!!" Nindita terjatuh.
"Dasar Inlander!! kalo jalan lihat-lihat!! jadi kotor bajuku!!" pria itu memaki dalam bahasa Belanda. Nindita hanya merendah mulutnya hanya mengatakan maaf pada pemuda belanda yang baru ia tabrak.
Pemuda belanda itu langsung melenggang pergi setelah meluapkan amarahnya pada Nindita, padahal yang nabrak Fredrick karena terlalu asik mengobrol dengan dua orang temannya.
"Nindita kamu tak apa?" tanya temannya sambil membantu Nindita.
"Aduh!! tak apa hanya jatuh." Nindita berucap seolah ingin menangis karena habis di marahi pemuda Eropa tadi.
Nindita melanjutkan berjalan menuju rumahnya, "Nindita kamu tahu dia siapa?" tanya Ika temannya.
"Tidak, memang siapa dia?"
"Dia itu Letnan Fredrick, aku sarankan lebih baik kau menghindarinya."
"Memang apa yang harus di takutkan dari dia." Nindita menjawab dengan enteng membuat teman-temannya yakni gadis pribumi menatap Nindita ketakutan juga khawatir.
ARTINYA:
Mijn kleinzoon : (Cucuku)
KAMU SEDANG MEMBACA
1930-1945
Historical Fictionkisah karangan yang diambil dari tahun 1930 sampai 1945 tentang fredrick van berg perwira asal Belanda yang mencintai gundiknya Nindita kuworo. tanpa di sadari dari hasil hubungannya dengan Nindita. Fredrick di karunia seorang putri karena tak mau...