Bab 1

440 31 2
                                    

Nindita mendengar jika sang ayah berhasil lolos karena baru membebaskan tahanan di daerah semarang jadi ia sendirian di rumah menunggu sang ayah pulang.
"Coba aja ada zaman dimana perempuan boleh menentukan pilihan sendiri... Aku mau jadi juru masak." Nindita mendumal sendiri sambil membersihkan sayuran dan rempah.

Duk!! Duk!!

"iya sebentar." Nindita mencuci tangannya kemudian menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetok pintu pada jam segini. "Ya ampun...Adi ada apa?" Tanya Nindita.

"Nin, sepertinya kamu harus pergi dari sini!!"

"Kenapa? Saya akan tunggu Bopo aku disini!!"

"Keadaan tak lagi sama Belanda sedang mencari keberadaan rumah pemberontak. "

"Adi pergilah!!" Usir Nindita seolah Adi ini Kakaknya.

"Tapi Nin..." Dengan kesal Nindita menutup pintu di depan wajah Adi tanpa ada rasa santun karena sudah lelah Adi yang selalu mencampuri hidupnya.

"Nindita kenapa kau sulit di taklukan." Batin Adi yang kecewa karena ia tak hanya menganggap Nindita sebagai adik tapi gadis itu sudah masuk ke dalam hatinya.

"Maafkan saya Adi, saya terpaksa melakukan ini." Nindita menyandarkan diri di pintu.

------

Fredrick sudah bersiap untuk naik kapal menuju Hindia Belanda orang-orang melambaikan tangan untuk keluarga mereka termasuk Arabella dengan rambut sangul dan topi miring yang sangat berat hati harus melepas putranya pergi.

Fredrick masuk kapal ia menyewa kamar yang tak terlalu mewah tapi tak murah atau jelek juga, ia tak sabar sampai Hindia Belanda untuk mengembangkan bisnisnya memang tak ada yang menarik hanya satu yang menarik gadis-gadis pribumi hindia Belanda ia inginkan.

Butuh waktu berbulan-bulan lamanya untuk sampai ke Hindia Belanda. Fredrick juga tak terlalu peduli akan militer yang dia pedulikan hanya bisnis dan kesenangan belaka. Ia akan menunggu kapal ini berlabuh ke Hindia Belanda.

--------

Nindita pagi-pagi sekali sudah mengantarkan makanannya ia sangat suka memasak.

"Nak kemari..." Rupanya Mbo Dijah memanggilnya.

"Ada apa Mbo manggil saya?" tanya Nindita karena kesepian di rumah ia memilih membantu mbo dijah berjualan.

"Beneran mbo?" Nindita merumpi bersama Mbok Dijah. 

"Kamu hati-hati," Kata mbo dijah.

"Inggih Mbok. " Setelah itu Nindita pergi untuk pulang ke rumah.

"Hai perempuan cantik..." Dua orang tentara Belanda mencegatnya.

  "Mau kemana? Ingin ik antar?" Ucapnya sembari mabuk.

"Tidak usah Tuan saya buru-buru, permisi!" Nindita ingin pergi tetapi tentara itu menahannya.

"Jangan Buru-buru... Ayo kita..." Nindita menedang junior salah satunya kemudian mengigit tangannya dan ia berlari sekuat tenaga dan ia berhasil lolos dengan bersembunyi.

"Coba kita kesana!" Kata tentara belanda itu.

"Aduh gusti hampir saja...aku gak sudi tubuhku di jamah oleh Belanda...cih." Ujar Nindita kemudian ia berjalan pulang kembali ke rumahnya.

1930-1945Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang