Bab 19

125 14 1
                                    


Fredrick marah karena hasil bumi yang ia mau janjikan untuk kerajaan Belanda sudah hangus terkena ledakan, "overdome!!" teriaknya kepada para bawahan yang tak becus dalam bekerja. 

Arabella datang dari abang pintu untuk menenangkan putranya, ia menyarankan agar Fredrick pergi ke Holland untuk menikahi Emma yang sudah di janjika oleh keluarga Van berg dan keluarga kerlson.

Fredrick setuju untuk ke Holland menikahi Emma, meskipun tak pernah bertemu secara langsung tetapi Fredrick sudah bertukar surat dengan Emma. Jadi Fredrick bisa membayangkan seperti apa Emma, ia akan ke Holland dalam seminggu ini untuk menikah di Holland.

"Mama apa je ingin ikut ik?" tanya Fredrick kepada ibunya.

"Nak, ik akan ikut je tapi setelah je menikah dengan Emma ik harus kembali ke Batavia karena ik ingin meninggal disini."

Arabella menatap putranya dengan tatapan lembut, ia menyesal lantaran selama ini ia sibuk menemani suaminya. Dan ia harus menitipkan Fredrick kepada ayahnya yang akhirnya di doktrin.

Arabella keluar sebentar untuk menghirup udara ia berjalan-jalan menikmati malam hari tapi ia melihat dari kejauhan ada seseorang yang membutuhkan bantuan, ia mendekat dan melihat ada Damar.

"Damar!"

"Arabella!"

Mereka saling menatap, seolah tak percaya persahabatan masa kecil terulang kembali. "Damar, kowe?" tunjuk Arabella tak percaya.

Fredrick mencari ibunya ia melihat seseorang pribumi bersama ibunya, "Damar!!" maki Fredrick emosi.

"Fredrick!" sahut Damar tak kalah emosi, Arabella bingung sebenarnya apa yang terjadi antara putranya dan sahabatnya.

"Je inlander overdose!! je yang merencanakan ledakan untuk hasil bumi ik!!" marah Fredrick menunjuk, "ya karenamu anak saya hamil londo asu!!" maki Damar dengan emosi tak kalah tinggi.

"CUKUP!!" lerai Arabella yang bingung apa yang sebenarnya terjadi.

"Damar apa kabar?" tanya Arabella dengan ramah kepada sahabatnya, tapi Damar malah menepis tangan Arabella dengan kasar.

"Damar apa yang terjadi padamu, kenalkan dia putraku Fredrick dan---" belum sempat Arabella menyelesaikan kalimatnya tapi sudah di potong oleh Damar.

"Ya putramu!! yang membuat putriku hamil!!" potong Damar, Arabelle langsung mengerutkan keningnya tanda kebingungan.

"Damar bisa kita jelaskan dengan kepala dingin," jelas Arabella.

Fredrick yang tak terima malah menodongkan pistolnya ke kepala Damar, sebaliknya Damar juga menodongkan pistol.

"Stop!!!" jerit Arabella melerai keduanya, "Fred laat je wapen zakken zoon?" perintah Arabella lalu Fredrick langsung menurunkan pistolnya.

"Damar jelaskan apa yang terjadi," ujar Arabella seolah mengitrogasi sahabatnya.

Damar menjelaskan saat ia di hutan melawan Belanda dan bagaimana putrinya mengikutinya, lalu Fredrick menodongkan senjata dan putrinya memohon sampai Fredrick menyuruh Nindita menjadi gundiknya dan tengah hamil.

Arabella yang mendengar itu langsung menatap putranya dengan sengit, "Is dat waar?" tanya Arabella Fredrick hanya menjawab gelengan kepala. Lalu Arabella menatap putranya dan mereka saling berhadapan, posisinya membelakangi Damar.

"Antwoord mij! antwoord me en kijk me aan!!" ucap Arabella memegang pundak putranya.

Awalnya Fredrick hanya menggeleng dan sampai Fredrick menatap mata ibunya ia tak berani berbohong kepada ibunya. "Jaa mama," lirihnya ia tak berdaya saat menatap mata biru dan teduh milik ibunya.

PLAK

Satu tamparan mendarat di pipi Fredrick ia tak menyangka sikap brengsek yang di turunkan ayahnya menrun kepada putranya, sekarang dirinya kecewa lantaran tak bisa mendidik putranya ia harus apa seumur hidup akan di hantui dosa.

#BERSAMBUNG

1930-1945Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang