Bab 28

111 10 0
                                    

Pagi ini Melati dengan setelah baju overall kotak-kotak dipadukan siluet hitam tengah diajar oleh guru Belanda seorang laki-laki keturunan Jerman, Melati sulit untuk pelajaran matematika tapi dirinya bisa menangkap teori dan bacaan.

Rambutnya yang pirang kecoklatan seperti ayahnya Fredrick tengah di kuncir setengah, dibadukan Jepit rambut antik yang modern pada masa itu.

"Begrijp je dat?" tanya Guru itu pada melati.

"Jaa," jawabnya.

Baru satu hari Anna belajar di rumah karena dirinya masih belum bisa membaca dan menulis, tapi Melati bisa membaca dan untuk menulis tangannya masih kaku.

Mungkin karena belum terbiasa, tiba-tiba ada seorang kacung laki-laki wajahnya sangar dan cukup mengerikan tapi dirinya patuh kepada keluarga Van Berg apalagi Arabella.

"Juffrouw ada yang ingin bertemu," lapornya.

"Siapa Pak?" tanyanya sambil merapikan buku-bukunya.

"Seorang anak laki-laki, umurnya sama seperti Juffrouw."

Ucapan kacung itu membuat Annastasia terdiam sejenak lalu menatap kacung itu dengan mata birunya, batinnya mengatakan apa itu adiknya.

Karena selama ini dirinya tak memiliki teman kecuali adiknya bernama Panji, "ciri-cirinya gimana?" tanyanya.

"wajahnya bulat, tingginya sebahu Juffrow kira-kira, terus kulitnya coklat."

Sudah di duga itu pasti Panji, tak seperti seorang Juffrow lainnya yang meminta menunggu di ruang tamu dan di suguhkan makanan. Tapi Annastasia yang sudah amat merindukan adiknya langsung berlari keluar.

"Pak tolong rapikan bukuku ya?" pinta Annastasia lalu berlari keluar, kacung itu menuruti permintaan Anna.

Sesampainya di ruang tamu ia melihat Panji datang bersama Damar sang kakek, Anna memeluk kakek dan adiknya.

"Mbakyu kangen, piye kabare mbak?" tanya Panji sambil memeluk kakaknya yang sepertinya sudah memakai baju orang Eropa.

"Aku ki kangen karo Panji, loh ibu ora kene?" tanya Anastasia.

"Ibumu lagi sakit jadi gak kesini," potong Damar.

Panji membulatkan mata menatap kakeknya yang berbohong, kenapa kakeknya berbohong bukankah selalu diajarkan berbohong itu tidak baik.

Damar memegang pundak Panji sebagai penjelasan nanti juga akan dijelaskan tapi tidak sekarang, mereka berbicara Panji senang bisa bermain dengan kakaknya.

Tak lama Arabella dateng dan tersenyum memeluk sahabatnya, dan mereka saling bercengkrama.

"Damar kapan kesini?" tanya Arabella.

"Baru tekan, kowe saka ngendi?" tanya Arabella.

"Bisa pakai bahasa Melayu ik sudah lupa dengan bahasa Java," aku Arabella yang sudah hidup lama di Belanda dan lupa menggunakan bahasa daerah.

"Baiklah," ucap Damar.

"Ik dari pasar," ujarnya.

"Apa omah pergi bersama Sinyo?" tanya Melati.

Arabella tersenyum lalu menatap cucunya, wajah Melati jadi pucat saat tahu yang dimaksud Sinyo adalah ayah biologisnya sendiri.

Annastasia pernah tahu bahwa dirinya memiliki ayah biologis dan mau mendekat lalu memeluk tapi Fredrick malah memukulnya dan menyuruhnya menjauh.

#Bersambung

Maaf ya baru update soalnya masih banyak tugas kuliah dan kesibukannya

1930-1945Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang