Bab 17

158 17 1
                                    


Arabella membuka kotak jati dengan menggunakan kunci di sana ada beberapa barang kenangan dari mendiang sang ibu, kalung, jepit rambut dan boneka kain. Arabella memeluk boneka kain yang di buat oleh mendiang ibunya, ada banyak kenangan dan rasa sakit yang terpendam bersama boneka kain itu.

Wajah Arabella semakin mengerut karena usianya sudah paruh baya, tak lama ada yang mengetuk pintu. "Ya masuk!" ucap Arabella. 

Segera ia memasukan kembali barang-barangnya ke dalam kotak jati lalu menghapus air matanya, "Papa!" kata Arabella dengan lirih.

"Bella liefste, Papa mau kembali ke Holland karena masa pensiun." Hanson bicara pada putrinya.

"Tapi nanti papa mau tinggal dimana?" tanya Arabella kepada ayahnya.

"Soal itu Papa akan menempati rumah milik keluarga Van dergin di Amsterdam."  Pria Belanda itu bicara dengan kulitnya yang semakin tua dan mengerut.

"Rumah itu? Papa tapi rumah itu belum di bersihkan dan masih kotor karena sudah lama tak ada yang menempati," seru Arabella sambil menaruh kotak jatinya di lemari.

Hanson terbatuk-batuk sambil memegang dadanya. "Papa!" ucap Arabella mendekati ayahnya sambil memeluknya.

"Papa bagaimana bisa ke Holland dalam keadaan seperti ini," ujar Arabella sambil memeluk ayahnya.  

"Ik ingin wafat di sana tempat kelahiran ik," sahut Hanson.

"Papa biar ik temani," kata Arabella. 

"Nee Lieve," ujar Hanson sambil memeluk anaknya. "Ik akan ke Holland bersama teman ik jaga diri je baik-baik." Hanson melepaskan pelukannya.

***********************************************************************

Keesokan paginya Arabella mengantar ayahnya ke pelabuhan dengan gundik barunya setelah Lastri tiada Hanson mencari gundik seorang gadis yang yatim-piatu,  Arabella memakai topi besar melambaikan tangan kepada kapal yang berangkat.

Setelah kapal itu pergi menjauh Arabella memegang dadanya dengan kedua tangan yang terbalut sarung tangan berwarna abu-abu, setelah selesai Arabella masuk ke dalam mobil yang pintunya di buka oleh seorang bendide.

"Mari Mevrouw," ucapnya.

Arabella tak mengubris apalagi menyahut ucapan supir yang menyetir mobil yang di naikinya, wanita indo itu lebih memilih mengalihkan pandangannya keluar jendela sambil melamun. Tapi lamunannya buyar tatkala supir berhenti secara tiba-tiba.

"Ada apa Kus?" tanya Arabella dengan kaget dan nadanya sedikit tinggi.

"Saya sepertinya nabrak seseorang Mevrouw," ujarnya.

"Come kus kita harus lihat." Arabella membuka pintu mobil model klasik itu lalu melihat ke depan.

Arabella melihat seorang gadis yang perutnya semakin membuncit warna kulitnya coklat, "je baik-baik saja?" tanya Arabella.

"I-inggih," ujar Nindita karena ia trauma maka ia segera berlari pergi.

"Hey, Nak!!" panggil Arabella karena belum sempat meminta maaf Nindita sudah pergi berlari.

Arabella mengendikan bahunya ke atas lalu masuk ke dalam mobil pikirannya terus berkecamuk, entahlah ia merasa ada ikatan dengan gadis pribumi berkulit coklat yang tanpa sengaja hampir ke tabrak.

#BERSAMBUNG


1930-1945Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang