Ayo, bayar hutangmu sama saya.
Sent!
Sudah sejam yang lalu Lendra mengirim pesan itu, tetapi sampai saat ini belum ada balasan. Pria berkacamata itu pun meraih tumbler di meja kerjanya. Segarnya air mengalir hingga ke rongga terdalam organ tubuh Lendra. Setelahnya, Lendra mengecek jadwal mengajar. Oh, ya. Tadi Fandy memberikan undangan seminar di salah satu universitas islam negeri. Lendra dan Fandy harus menghadiri seminar tersebut pada hari Kamis besok. Ini bukan kali pertama Lendra datang ke seminar. Selama 3 tahun menjadi dosen, Lendra cukup aktif di berbagai kegiatan universitas. Ia juga pernah menjadi salah satu tamu pembicara. Bukan hanya terkenal di universitas sendiri, Lendra pun terkenal di universitas lain.
Ia pun bergegas merapikan kemeja hitam yang ia pakai di Rabu ini. Tak lupa juga Lendra menyisir sedikit bagian rambut pendeknya. Lendra tampak seperti pria dewasa penuh kharisma. Tidak ingin terlambat, ia menyambar tas kerja dan ponsel di kantong. Lendra akan ke lantai tiga gedung B. Karena universitas hanya menyediakan tangga, ia pun menyusuri setiap undakan tangga yang hitungannya pertangga sekitar 10 anakan. Dua liukan, yang artinya ada 20 anak tangga untuk dinaiki dan turun. Hm, lumayan untuk mengencangkan otot kaki dan bokong kalau dipikir-pikir.
Kedatangan Lendra di kelas membius para mahasiswi yang tadinya sedang bergosip. Mereka langsung mengambil posisi rapi, serta mengisi bagian kursi depan yang masih kosong. Tentu saja, para gadis yang paling antusias duduk di depan. Selain melihat materi lebih jelas, memperhatikan setiap gerakan spontan dari dosen ganteng itu juga alasan paling utama.
Lendra berdiri di samping meja dosen. Ia bersedekap dada. Matanya menjelajah wajah-wajah mahasiswa yang sibuk menunduk, menulis, atau terang-terangan balik menatap Lendra penuh kagum.
"Kita mulai presentasi untuk kelompok A. Silakan maju dan persiapkan semuanya," suruh Lendra tegas. Empat orang segera maju. Ada yang membawa laptop, buku sebagai catatan pertanyaan, serta makalah dari materi yang akan disampaikan. Karena setiap kelas disediakan proyektor, sehingga lebih mempermudah mahasiswa untuk persiapan. Mereka yang presentasi tidak duduk. Itu artinya, selama beberapa menit ke depan akan berdiri sambil berbicara. Itu aturan yang Lendra buat. Baginya, presentasi yang menyediakan kursi akan membuat mahasiswa malas-malasan untuk berdiri. Lagi pula, pasti akan tersangkut bagian meja yang bentuknya hampir melingkar itu.
Tampilan proyektor di dinding tampak indah. Apalagi bentuk slide show juga kreatif. Lendra pun membebaskan mahasiswa untuk berkreativitas terhadap power point. Asal, tulisan yang dimuat adalah poin utama dari penjabaran materi yang ada di makalah. Karena yang Lendra pahami kalau mahasiswa sekarang masih belum paham cara membuat power point. Pernah dulu, Lendra mengadakan kegiatan seperti ini. Lalu mahasiswa-nya menampilkan slide show yang isinya satu makalah. Bahkan daftar isinya pun dimasukkan ke sana. Dari kejadian itulah, Lendra berceramah selama lima belas menit. Sejak ia menegur dan memberikan pemahaman tentang pembuatan power point untuk presentasi, mahasiswa yang ia ajarkan pun jadi paham. Kalau pun ada kekurangan, Lendra hanya mengoreksi sekilas, setelah itu selesai.
Lendra hanya mengajar selama 2 jam 30 menit. Tinggal 30 menit lagi pertemuan akan selesai. Mahasiswa yang bertanya pun semakin ramai. Kelasnya riuh dengan lontaran pertanyaan dan jawaban dari si pemateri. Saat ada beberapa pertanyaan yang tidak dimengerti oleh si pemateri, Lendra pun membantu. Ia bukan dosen yang membiarkan mahasiswa-nya sok tahu. Lendra pun tidak memperkenankan mencari jawaban ataupun pertanyaan dari google. Itu menunjukkan bahwa mahasiswa terlalu bergantung dengan situs pencarian, bukannya fokus pada setiap kalimat dari si pemateri sampaikan. Takutnya mereka tidak terbiasa mengasah ulasan dari materi.
"Tiga kelompok sudah maju. Presentasi dari mereka bagus. Yang bertanya dan memberi jawaban pun cukup bagus. Untuk pertanyaan yang sulit, saya sudah bantu jelaskan. Beri tepuk tangan sebagai apresiasi kalian!" Lendra menepuk tangannya, begitu juga mereka. Wajah-wajah lega dan senang terhadap pujian Lendra menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Lendra salah satu dosen Akuntansi favorit mahasiswa. Selain sistematis, ketegasan Lendra saat mengajar menjadi kunci utama ia dikagumi. Segar mata pun iya. Untuk dipandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Kita Apa?
Romance"Saya memang tampan sejak lahir," ucap Lendra percaya diri. Kali ini Ayunda yang mendengkus. "Iyalah. Dosen Akuntansi mah bebas. Satu tambah satu belum tentu jadi dua." Lendra terkekeh. "Bisa jadi dua kalau di dalamnya ada kamu dan saya." ---sekila...