Part 10

1.8K 88 2
                                    

Maksud Lendra mengajak Ayunda bertemu memang ada maksud tertentu. Permasalahan Araf juga menjadi salah satu alasan niatan Lendra. Untungnya Ayunda menyetujui ajakannya itu. Mereka akan bertemu di sebuah rumah makan yang dekat-dekat saja. Lendra lebih dulu datang di lokasi, lalu mengirim pesan pada Ayunda. Ayunda berkata bahwa ia sedang dalam perjalanan.

Lendra belum memesan apa pun. Sebenarnya ia langsung kemari selepas pulang mengajar. Jika kembali pulang akan memakan waktu dan ia harus bolak-balik. Kebetulan hari ini Lendra memakai mobil.

"Maaf, saya telat, ya?" Tiba-tiba Ayunda datang seperti berlari. Lendra yang semula fokus pada ponsel pun sedikit terkejut.

"Kenapa lari?" tanya Lendra heran. Sebegitu tidak sabarkah Ayunda bertemu dengannya? Ah, kenapa manis sekali gadis itu. Ayunda mendudukkan dirinya di kursi dengan nyaman.

"Refleks aja. Takut lama nunggu. Bapak udah lama sampai?"

"Lima menit mungkin." Ayunda pun menghela nafas lega mendengar jawaban Lendra. "Makan dulu, ya? Saya lapar," tawar Lendra sebelum mereka bicara serius.

"Boleh."

Mereka memesan menu yang sama yaitu ayam goreng, sambal, lalapan. Ayunda memesan es jeruk nipis, sedangkan Lendra hanya air mineral. Sebelum makan, Lendra sudah teliti untuk memesan makanan yang tidak bersentuhan dengan jeruk-jerukan. Ada sambal yang diberi perasan limau dan tidak. Itu membuat Lendra punya pilihan lain untuk menikmati sambal tanpa takut alerginya kambuh.

"Mmm ... enak!" gumam Ayunda yang makan begitu lahap. Diam-diam, Lendra memperhatikan Ayunda. Bagaimana gadis itu menggunakan tangannya mengambil ayam goreng, lalu menyuapi ke mulutnya. Makannya begitu tenang. Tidak ada gerakan jaim sama sekali.

Menarik.

Ayunda tidak sengaja mengangkat kepala. Dilihatnya jika Lendra malah menatap dirinya begitu jelas. Ayunda pun mendadak salah tingkah.

"Bapak ngapain liat saya gitu? Nanti nasinya keburu dingin, loh!" tegur Ayunda di saat mulutnya sibuk mengunyah.

"Jadi kenyang lihat kamu makan dengan lahap."

Ow! Jantung Ayunda jedag-jedug tidak terkendali. Apa-apaan si dosen Akuntansi itu?!

"Ngaco!"

Lendra mengangkat bahunya acuh. Ia hanya bersikap menyenangkan saat bersama Ayunda. Entah kenapa, sejak mengenal Ayunda, gadis itu menarik perhatian Lendra. Seperti ada sesuatu yang Lendra sendiri susah menjabarkannya.

Akhirnya mereka selesai makan. Selepas itu, Lendra memesan kopi dingin. Ayunda memperhatikan Lendra dengan kening berkerut.

"Bapak abis makan langsung ngopi?" cicit Ayunda sembari menopang wajah. Ia kekenyangan. Lendra juga menawari beberapa camilan penutup, tetapi Ayunda menolak. Perutnya sudah sangat penuh, nafas saja agak susah.

"Iya."

"Kayak papa. Papa juga suka banget kopi hitam."

"Oh, ya?"

"Iya." Ayunda mengubah posisi menjadi tegak. "Biasanya saya yang buatin papa kopi. Katanya enak!"

"Kalau begitu, buatkan saya kapan-kapan."

"Eh?!" Ayunda memekik pelan. Kenapa setiap ucapan Lendra malah membuat dirinya terkejut, sih? Ayunda seperti baru mempromosikan diri menjadi tukang penyeduh kopi.

"If you don't mind," gumam Lendra sangat santai. Sudut bibirnya tertarik samar.

"Aa ... ya, ya." Ayunda berdehem untuk mengurangi gugupnya. "Jadi, gimana masalah Araf?"

Status Kita Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang