Yuk, ah. Happy reading....***
Kalau udah sayang, mau gimana lagi?
.......
Status Kita Apa?
Ayunda bukan anak akuntansi, tapi ia paham bahwa laporan keuangan harus seimbang. Ia sedang memikirkan ini dan berusaha mencari sebuah keyakinan untuk sesuatu dalam hal menjalin hubungan serius di masa depan. Ayunda pun mengaitkan hal itu dengan hubungan dirinya bersama Lendra yang sedang berada di tahap penjajakan mengenal lebih dalam. Mari dikupas tuntas dari segala aspek yang mereka punya.Pertama, usia. Baik Lendra dan Ayunda memiliki jarak usia sekitar 8 tahun. Kalau detilnya, Ayunda menginjak usia 21 tahun, maka Lendra 29 tahun. Ditambah lagi, dalam sebulan lagi Lendra akan genap menjadi 30 tahun pada bulan Oktober.
Kedua, status pekerjaan. Di sini, Lendra sudah bekerja sebagai dosen dan memiliki gaji lumayan. Selain itu, Lendra bisa dikatakan mapan karena punya rumah sendiri. Sementara Ayunda, ia masih kuliah dan tinggal di rumah orangtua. Semua keperluan masih ditanggung penuh oleh orangtuanya.
Dan yang ketiga adalah kemantapan hati mereka. Lendra adalah pria dewasa. Tidak dipungkiri jika Lendra punya pemikiran untuk membina rumah tangga. Selain itu, Lendra juga sudah cocok menikah. Dibanding Ayunda, gadis itu masih jauh berpikir akan menikah muda, punya anak, dan mengurus suami. Bayangan tentang keinginan dirinya bekerja dan berpenghasilan semakin menguatkan egonya bahwa menikah bisa diundur sampai hati mantap.
Yang menjadi permasalahan utama mereka adalah belum adanya kesepakatan apakah hubungan ini tetap berjalan atau berhenti saja tanpa pertimbangan lebih.
Sejujurnya, Lendra tidak mempermasalahkan status Ayunda sebagai mahasiswi. Ia menyukai Ayunda murni sebagai manusia normal lainnya. Ia tidak begitu banyak menuntut Ayunda dalam perihal sikap dewasa atau sebagainya. Ia lebih suka Ayunda yang apa adanya, tanpa perlu menjadi orang lain karena terpaksa mengimbangi pemikiran Lendra.
Akan tetapi, di sisi lain, Lendra ingin meminang Ayunda. Apalagi ia sudah mendapat lampu hijau dari orangtua Ayunda. Namun sayang, ia belum bisa mencapai keinginan mulia itu. Siapa lagi kalau bukan Ayunda yang selalu mengelak dengan alasan-alasan yang ia buat dan berujung pertengkaran.
Seperti dua hari lalu, Ayunda merajuk karena Lendra menyinggung sifat menyebalkan Ayunda. Gadis itu berpikir kalau dengan menikah, Ayunda tidak akan bebas. Padahal sudah dijelaskan bahwa Lendra tidak akan mengusik Ayunda, asal Ayunda tahu batasan. Pertengkaran mereka berlanjut selama dua hari saling diam. Lendra mengalah dan meminta maaf meski diabaikan. Di hari ketiga, barulah Ayunda menerima permintaan maaf Lendra dan meminta Lendra mentraktir dirinya es krim.
Mereka sudah berbaikan. Hingga hari ini, dua menit lalu, Lendra mengirim pesan bahwa ia sudah tiba di Bali. Lendra sedang ada kunjungan penelitian bersama empat orang mahasiswa yang dibimbing pria itu. Ayunda membalas cepat dan menyuruh Lendra menjaga makan dan mata. Soalnya, di sana banyak turis cakep. Ayunda takut kalau Lendra menatap liar orang di sana yang kalah saing dengannya.
Ayunda menaruh kembali ponsel di meja. Ia dan Denada mampir ke kantin kampus karena kelaparan. Enam jam disuguhi pelajaran wajib membuatnya pusing. Matanya sedikit buram ketika melihat tampilan proyektor tadi. Ayunda takut minus.
"Gimana progres kamu sama itu dosen?"
Ayunda menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Ia menatap Denada lesu.
"Baik, sih."
"Pasti ada tapinya."
"Iya." Ayunda menipiskan bibir. Ia ingin cerita banyak pada Denada. "Kamu tau kalau usia kami berjarak. Apalagi dia sering bahas menikah. Aku rada sensitif, De. Takut gitu bawaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Kita Apa?
Romance"Saya memang tampan sejak lahir," ucap Lendra percaya diri. Kali ini Ayunda yang mendengkus. "Iyalah. Dosen Akuntansi mah bebas. Satu tambah satu belum tentu jadi dua." Lendra terkekeh. "Bisa jadi dua kalau di dalamnya ada kamu dan saya." ---sekila...