Part 8

1.8K 92 0
                                    

Sekarang masih jadi stranger. Nggak tau kalau nanti.

_Ayunda_

.

Lanjut, ya! Siapin mood baca ini. Manis kayaknya. Kayaknya.

****


Demi janji yang ia buat bersama seorang pria bernama ... eh, Ayunda lupa bertanya nama orang itu. Ya ampun! Padahal sudah tiga kali bertemu, tapi nama pun tak tahu. Di kontaknya, Ayunda hanya memberi nama 'stranger' saja. Bisa saja ia bertanya melalui pesan, tapi nanti sajalah.

Selepas subuhan, Ayunda pun bersiap memakai celana training warna hitam, lalu atasannya hoodie bergambar mickey mouse. Sambil menunggu matahari muncul, Ayunda menuju dapur. Sang mama ada di sana sedang membuat nasi goreng. Sayang sekali pagi ini ia tidak bisa ikut menyantap nasi goreng itu.

"Mama ...," sapa Ayunda sambil memberi satu kecupan di pipi mamanya.

"Hei, girl. Tumben jam segini udah bangun? Rapi pula," komen wanita yang memasuki kepala lima tersebut.

"Mau cfd-an, Ma. Udah lama juga nggak pernah ikutan."

"Eh? Tau gitu Mama juga ikut, Sayang."

"Ha?" Ayunda malah mendadak kaget.

"Kenapa, sih? Kayak nggak pernah liat Mama cfd-an." Sang mama mengerutkan kening keheranan. Sontak saja Ayunda cengengesan membuang gugupnya. Untung saja ia tidak bilang kemarin. Bisa gagal acara cfd-an dengan stranger itu. Sebentar! Ini kenapa kesannya Ayunda yang tidak sabar, ya?

"Enggak, Ma. Gimana kalau minggu depan? Aku nggak bilang karena Mama takutnya ada acara apa gitu," tawar Ayunda yang memilin jemarinya.

"Boleh. Besok kita atur."

"Ma, aku jalan, ya. Takut kesiangan, nggak seru."

"Iya. Hati-hati bawa motor!"

"Siap!" ucapnya dengan memberikan acungan dua ibu jari di udara. Ayunda berlari ke garasi rumah yang terisi satu mobil dan dua sepeda motor, dan satu lagi ada sepeda sport di ujung garasi. Biasanya Ayunda yang pakai. Sekadar keliling komplek di sore hari. Ayunda mengeluarkan sepeda motor matic, lalu menyalakan mesin agar hangat. Ia pun sudah memakai helm sebagai bentuk safety self.

"Kak!" Panggilan lantang itu membuat Ayunda menoleh. "Balkon!" teriaknya lagi. Ayunda mendongak susah payah karena helm terasa menarik kepalanya ke belakang.

"Apa?!" sahut Ayunda galak.

"Mau keluar, kan? Beliin martabak sama cilok, dong! Nanti duitnya aku ganti!"

Ayunda melipat bibirnya sebal. Adiknya itu merepotkan. "Iya!"

"Thanks!"

Ayunda melajukan motornya keluar komplek perumahan. Ia harus melewati beberapa marka kejut. Inilah hal yang menyebalkan bagi Ayunda. Tapi mau bagaimana lagi? Rumahnya berada beberapa meter dari jalan raya. Ayunda menaikkan kecepatan gas agar segera sampai di lokasi. Menghabiskan 15 menit berkendara yang dihambat lampu merah, Ayunda sampai di jalan Udayana. Sebuah lokasi yang dijadikan sebagai tempat tongkrongan anak muda hingga dewasa. Setiap hari selalu ramai, tepatnya sore hari. Di arah yang sama juga ada bangunan bernama Islamic Center. Sebuah bangunan yang besar dan luas. Dijadikan sebagai acara takbir akbar, solat tarawih saat ramadhan, atau acara-acara lain yang mampu menyewa gedung tersebut.

Ayunda baru saja memarkirkan motor serta mengunci bagian kepala. Ada tukang parkir yang berjaga, sehingga para pengunjung yang menaruh kendaraannya cukup aman untuk ditinggal. Ayunda mengeluarkan ponsel, kemudian membuka roomchat-nya dengan si stranger.

Status Kita Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang