06

33 5 0
                                    

Hi✋ long time no see✋
(♡˙︶˙♡)

Setelah berpusing-pusing ria dengan matematika, akhirnya Yura bisa bernafas lega sekarang. Bel istitahat sudah berbunyi. Semua orang berhamburan pergi mencari kudapan untuk mengisi cacing-cacing perut mereka.

Seperti biasa, Yura, Lia, Caca, Rayna dan Yuna pergi bersama-sama ke kantin. Mereka beruntung bisa mendapatkan bangku di kantin yang sesak oleh manusia.

"Siapa yang mau pesen?"

Yuna memulai pembicaraan sesaat mereka mendaratkan bokong masing-masing di kursi kantin.

"Gue aja sini. Tapi ada yang bantu pesen minum juga biar cepet,"

Yura berujar cepat, mengingat dia sudah sangat lapar dan waktu istirahat pertama hanya sebentar.

"Sama gue aja Ra. Gue yang pesen minum."

Lia memutuskan untuk memesan minuman. Akhirnya Yura dan Lia menjalankan tugas mereka masing-masing.

Yura tentu saja mengingat semua makanan pesanan teman-temannya. Lia dan Rayna memesan mie ayam, Caca memesan ketoprak, Yuna dan dirinya memesan Pecel.

Beragam banget makanan di kantin sekolah Yura tuh. Makanya kantin gak pernah sepi meskipun kegiatan belajar mengajar lagi berjalan. Habisnya, makanan disini enak-enak semua! Murah-murah dan yang pasti bikin kenyang.

Memang pas banget untuk anak sekolahan irit macem Yura.

Yura sudah mengambil dan mengantarkan pesanan teman-temannya. Ia tinggal menunggu satu pesanan lagi. Tinggal pesanannya yang belum selesai karena tadi, Bi Imas buat pesanan yang lain dulu. Katanya itu buat guru. Jadi ya, mau gak mau harus bersabar menunggu.

"Nih neng Yura. Maaf ya lama euy,"

Bi Imas berujar seraya menyodorkan piring berisi pecel itu pada Yura.

"Makasih bi, ini uang nya ya."

Yura pun menerima piring tersebut dan memberikan sejumlah uang guna membayar semua pesanan yang ia beli.

Karena suasana kantin yang sangat sesak, tak sengaja bahu Yura  bertubrukan dengan bahu milik seseorang. Dengan terkaget-kaget Yura langsung mengamankan pecel kesayangannya agar tak terjatuh. Namun nahas, sendok dipiring tersebut terjatuh. Yura jadi badmood sendiri.

Sendok berwarna perak itu sukses mencium tanah dengan dentingan yang cukup membuat atensi beberapa orang tersita. Namun setelahnya, mereka kembali tenggelam dalam kegiatan masing-masing. Yura menatap sendok yang malang itu dengan tatapan nanar. Seolah-olah merasa menjadi makhluk paling jahat seantero dunia.

"Maaf, gue ambil sendok yang lain lagi ya?"

Yura tersadar dari fikiran berlebihannya. Ia menatap sang lawan bicara. Namun, matanya membulat dan entah mengapa debaran aneh itu datang lagi. Rasa kesalnya tiba-tiba menguap. Menghilang bersama dengan senyuman kikuk lawan biacaranya.

"Ini," Sang lawan bicara menyodorkan sendok baru untuk Yura, "Maaf ya, kantin nya sesak jadi senggol sana sini."

Yura mengambil sendoknya dengan rasa gugup yang entah sejak kapan menyelimutinya. Ia mengangguk kikuk,

"Makasih, Angkasa? Lo angkasa, kan?"

Angkasa tersenyum kecil. Tatapannya tulus.

"Haha, iya. Gue Angkasa, duluan ya! Gue mau ngantri beli mie ayam! Bye bye, Yura!"

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang