21

14 1 0
                                    

⚠️WARNING⚠️
Contain some abusive content, harsh words and triggered action. If you can't hold it, just scroll up the section!

Happy reading! 

"RAYNAAAA DI CARIIN MAS EKAL NIH!"

Rayna memutar bola matanya malas. Ia berdiri dari tempat duduknya dengan terpaksa dan berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Mas Ekal palalu. Awas lo ya Kas, minggir!" Rayna misuh-misuh karena Lukas membuat orang-orang yang ada di kantin menatapnya penasaran.

Rayna meninggalkan kawan-kawannya yang asik mengunyah makanan. Mereka usil dan malah mendukung sikap Haikal yang sengaja mencari-cari masalah dengan Rayna. Sepertinya akan menjadi hal menakjubkan jika Haikal dan Rayna bersama.

"Ada apalagi sih?!" Rayna menghampiri Haikal yang duduk di pojok kantin bersama kawannya. Ada Malik dan sepertinya ada kakak kelas yang tak dikenali nya.

"Duluan bro," Haikal beranjak. "Lo, ikut gue." Ia melangkah mendahului Rayna yang kesal setengah mati.

Mereka saat ini ada di belakang sekolah. Rayna menatap heran Haikal yang mulai memanjat tembok tinggi didepannya tanpa kesusahan.

"HEH! Lo mau cabut?! Sumpah ya kal. Jangan menyeret-nyeret gue ke hal kayak gini, lah."

Haikal sudah menapaki puncak tembok tersebut. Dengan percaya diri ia mengulurkan tangannya tanda Rayna harus ikut memanjat juga.

"Udah buruan, sebelum bel masuk bunyi dan ada guru yang lewat."

Rayna mengambil uluran tangan tersebut dan memanjat dengan sedikit kesusahan. Mereka lompat dari tembok yang tingginya hampir dua meter itu dengan effort yang sedikit.

"Mau kemana sih, Kal?" Rayna masih terus menanyakan maksud dan tujuan Haikal mengajaknya cabut pelajaran. "Sumpah ya, gue kan udah minta maaf sama lo. Ck."

Haikal menoleh ke belakang. Ia berjalan mundur sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana abu-abu yang kusut itu. "Yang bilang gue maafin lo itu siapa? Gak ada deh gue terima maaf lo."

Rayna ingin menggerutu tetapi urung karena tiba-tiba Haikal menarik tangannya cepat-cepat dan berlari. Rayna yang keheranan itu mendadak mengerti karena ketika ia menoleh kebelakang, mereka dikejar oleh segerombolan anak laki-laki dari sekolah seberang.

Haikal yang kepanikan karena tiba-tiba terciduk dan di serang ketika sendiri menarik Rayna agar sembunyi dibalik tong-tong besar dekat pabrik yang tak terpakai.

"Lo diem sini. Gue mau negosiasi dulu. Jangan keluar."

Rayna menarik sedikit kemeja lusuh Haikal yang tak beraturan. "Jangan aneh-aneh, Kal. Lo cuma sendirian."

Haikal menyugar rambutnya dengan ekspresi tengilnya. "Lo kayak gak tau aja sama yang namanya Haikal. Dah diem lo disini. Kalau gue gak balik dalam lima menit, lari dan kasih tahu di grup tongkrongan gue."

Haikal berlari meninggalkan Rayna sambil melemparkan gawainya. Rayna menatap punggung Haikal sekilas. Ia berjalan menuju gedung pabrik yang tertinggal itu.

Tujuh menit Rayna diam sambil menggigiti kuku jarinya cemas. Ia memutuskan untuk mengendap-endap masuk kedalam gedung terbengkalai itu. Ia sudah siap-siap menghubungi teman-teman Haikal jika ia kenapa-kenapa.

Namun sebelum itu, Rayna mendengar beberapa percakapan mereka.

"Lo semua cupu. Apa alasan lo semua nyerang gue sendirian?"

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang