10

29 3 4
                                    

HAPPY READING Y'ALL!!!!

≥﹏≤

Terhitung sudah tiga hari lamanya Yura berdiam diri di ruangan berbau desinfektan itu. Ia bosan. Tetapi ia tidak bisa melakukan apapun selain berjalan-jalan disekitaran rumah sakit. Kakaknya sudah kembali kerumah dua hari lalu. Dengan perban yang melingkar di kepalanya yang mungil.

Ditengah-tengah kesunyian, hanya terdengar jam dinding berdetak dan pendingin ruangan yang bersuara. Yura terfokus pada novel fantasi yang ia baca. Dengan telinga yang disumpal earphone, Yura membiarkan imajinasi menenggelamkannya.

Ada satu kutipan yang sangat Yura sukai dan sangat-sangat relateable dengan kehidupan Yura. Kira-kira bunyinya seperti ini,

"....kadang-kadang sebuah cerita sepertinya memaparkan suatu hal, tapi sebenarnya intinya, tentang hal yang sama sekali lain? Ada makna tersembunyi di dalamnya, dan makna inilah yang mesti dipancing keluar?"

Yura sangat terkesima dengan novel yang sedang ia baca itu. Kisah Tentang Yang Telah Hilang dari John Connolly sungguh membuat hati Yura berdebar tatkala ia berpindah dari satu halaman kehalaman yang lain.

Setelah dipikir-pikir, kutipan di novel tadi sungguh menampar dirinya. Yura seringkali curhat kepada para sahabatnya. Tetapi, sebetulnya ada hal lain yang ingin Yura sampaikan meskipun itu tidak lugas. Yura sangat berharap sahabat-sahabatnya menotis hal itu, tetapi... Agaknya mereka tidak menerima sinyal-sinyal tertentu yang Yura beri.

Yura kembali memfokuskan dirinya pada bacaan dihadapannya. Saat sedang terlarut dalam bacaan, terdengar pintu ruang inap Yura bergeser. Tanda seseorang masuk.

Yura mengalihkan pandangannya. Matanya menyipit malas. Siapakah yang datang? Sudah pasti—

"HEHH KUNYUK KOK LO GAK BILANG SIH DI RAWAT?"

'kan? Belum apa-apa Rayna sudah berseru keras.

"Iya, nih. Parah banget. Kita aja tahu dari abang lo,"

Kali ini Lia menanggapi ucapan Rayna. Dengan nada bicara kesal.

"Huhu, enaknyaaa sakit. Bisa rebahan dikasur sepanjang hari. Sedangkan tadi kita abis tes olahraga. Capek banget gue, Ra," Yuna berujar seraya melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa yang ada di sebelah tempat tidur Yura.

Yura lekas menandai dan menutup buku bacaannya. Menaruhnya di nakas sebelah kanannya. Ia menatap keempat sahabatnya dengan malas. Teringat ucapan Lia, bahwa mereka mengetahui kabar Yura dari Kakaknya? Wow.

"Ini kita gak disuruh duduk gitu?"

Caca berujar disusul anggukan setuju oleh yang lain.

Yura memutar bola matanya malas, "Ah elah, biasanya juga main nyelonong. Ini so so an minta izin,"

Dan beginilah. Rayna yang merebahksn tubuhnya di tempat tidur kosong bekas Jae. Lia, Caca, Yuna yang duduk di Sofa.

Mereka menaruh sekeranjang buah-buahan segar. Oke, Yura tahu ini pasti untuknya.

"Tumben banget bawa buah. Biasanya lo pada jenguk orang sakit malah bawa mie ayam," Yura hendak menyomot sebiji anggur itu tetapi sulit karena infusannya ada disebelah kiri sedangkan meja buah itu ada di sebelah kanan.

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang