13

26 3 0
                                    

How's your day? Mine was pretty fine!

^ω^

Selepas pengakuan tak langsung dari Angkasa, hari-hari Yura berubah total. Entah karena Angkasa power atau apapun itu, setiap langkah Yura kini resmi menjadi tontonan warga sekolah. Khususnya senior. Atau teman-teman osis maupun teman kelas Angkasa tak pernah menyangka jika saat ini Angkasa mendekati seorang wanita. Katanya sih, dia jarang sekali mengeskpos kisah percintaannya. Tidak ada roman-roman apapun, tiba-tiba kabarnya menyebar cepat.

Kira-kira begini, "Kalian udah tahu belum? Angkasa sekbid dua sekarang ada hubungan sama Yura ketua paduan suara! Gila-gila, padahal mereka gak ada roman-roman deket sebelumnya."

Ya begitulah. Sebetulnya Yura juga tak tahu hubungan atau status apa yang saat ini ia jalani. Abu-abu dan biru disaat yang bersamaan.

Terhitung sudah seminggu. Angkasa semakin saja menjadi-jadi. Dan anehnya, Yura oke-oke saja. Tidak merasa risih. Apa karena Angkasa ini berbeda? Jadi terasa asing dan mendebarkan sekaligus bagi Yura.

Seperti sekarang, Angkasa menariknya ke kantin. Dan dia memilih bangku yang tepat berada di tengah-tengah. Perhatikan sekali lagi, di tengah-tengah. Yura mulai memaklumi, sepertinya memang anaknya sangat suka perhatian.

"Mau makan apa?" Angkasa berucap sambil memangku dagunya dengan pandangan yang terkunci pada Yura.

"Hm.. Pengen mie ayam, tapi baru kemarin gue makan mie," Yura terlihat berfikir keras. "Pengen yang pedes-pedes, ya ya?" Yura memohon agar dibelikan makanan pedas. Tapi Angkasa menolaknya keras.

"No no, jangan dulu princess. Asam lambung lo belum sehat bener. Yang lain ya?"

Yura mengerucutkan bibirnya. Kepribadian yang mungkin hanya disaksikan Angkasa. Awalnya Angkasa sampai tak bisa tidur karena terbayang-bayang ekspresi wajah Yura yang kelewat imut itu. Tapi makin kesini ia berusaha terbiasa meskipun hatinya tidak baik-baik saja.

"Yaudah," Yura mengedarkan pandangannya, memilah makanan apakah yang nanti ia pilih. "Roti bakar coklat aja deh, Sa. Minumnya...."

"....Susu kotak coklat?" Angkasa menebak dengan tepat. Kemudian dijawab anggukan mantap oleh Yura. "Okidoki, i'll be back later." Angkasa beranjak seraya mengacak rambut Yura gemas. Sang empu hanya mendengus sambil menata kembali rambut dan hatinya yang berantakan.

Sambil menunggu Angkasa memesan makanan, sesekali Yura membuka aplikasi instagram guna mengusir kebosanan yang melanda. Karena seperti biasa, kantin sangat-sangat ramai.

Terdengar suara kursi kantin yang ditarik. Yura sontak mendongakan kepalanya yang sedikit menunduk. "Loh? Cepet banget—"

"Eh? Lo nunggu orang, Ra?"

"Ah, u-hm gue sama Angkasa, ada apa ya Malik?"

"Oh? Kira gue kursi ini kosong. Makanya gue iseng aja nemenin lo," Malik memandang Angkasa yang menatapnya tajam dari kios roti bakar. "Tadinya sih, gue mau ngobrol sama lo, Ra,"

Yura mengerutkan dahinya. "Hah? Dikelas kan bisa?"

Malik menggeleng pelan. "Nggak, maksud gue, empat mata aja," Terlihat wajah kusut Angkasa yang sudah ada di hadapan Malik dan Angkasa. "Deal ya? Pulang sekolah. Bentar aja kok. Bye, pawang lo galak banget."  Setelahnya Malik angkat kaki dari hadapan Yura dan Angkasa.

Yura menatap roti bakar coklat dan susu kotak coklat dengan penuh binar. "Yeay thankyou!"

Angkasa mendecak sebal. "Makannya pelan-pelan..." Angkasa mengelap ujung hidung Yura karena selai coklat yang meluber-luber. "... Makan aja masih belepotan kaya anak kecil. Gimana sih?"

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang