26

11 1 0
                                    

Happy reading.

"BAPAK harus lihat dong! Ini ada beberapa bukti dari beberapa tuduhan yang ada!"

"Tapi itu cuma opini sepihak, pak. Belum tentu keasliannya,"

"UDAH DEH! Lagian penipu mana mau sih, ngakuin kejahatannya?"

"Astaga, sejak kapan sih gue semiskin itu buat nipu orang?!"

Sosok lelaki yang umurnya tidak terpaut jauh dari dua wanita di depannya ini mengerutkan kening. Menghela nafas berkali-kali karena tidak dapat kesempatan untuk membuka suara sedari tadi.

"Iya ibu-ibu, karena itu kasus ini butuh di investigasi lebih lanjut. Tolong dengarkan penjelasan dan dugaan awal dahulu ya, bu."

Kedua wanita tersebut sontak diam meski dalam hati penuh dengan sumpah serapah. Sesekali mata mereka memicing tajam satu sama lain.

Petugas tersebut membolak-balik halaman putih berisi laporan kasus. Sesekali matanya menatap serius layar laptop yang menyala di depannya. Jemarinya lincah menari di atas keyboard.

"Pelapor atas nama Gania Jayandra, melaporkan atas tindakan penipuan investasi bodong senilai lima puluh juta. Apa benar informasi tersebut?"

"Iya pak betul."

"Lalu, tersangka kasus atas nama Reina Pradipta. Dugaan awal karena penanggung jawab dari dana investasi tersebut adalah anda. Apa benar?"

Kontan sang pemilik nama menyanggah. Tidak setuju dengan tuduhan yang ada. Terlalu mustahil dan tidak masuk akal.

"Saya menolak tuduhan tersebut, pak."

Petugas tersebut kembali mengetik sesuatu di laptopnya. "Silahkan sertakan alasan kamu menolak tuduhan tersebut dan juga bukti yang kamu punya."

Reina kontan mengangguk mantap. "Saya akan mengikuti prosedur hukum secara teratur. Maka dari itu saya akan membawa ahli hukum saya pribadi mengenai kasus ini."

Petugas tersebut mengangguk dan kembali mengetik sesuatu di laptopnya. "Baik, untuk sekarang tolong tanda tangani surat pernyataan  ini,"

Meski jengkel, Gania tetap harus mengikuti kesepakatan yang ada demi kelancaran pemecahan kasus ini.

Mereka berdua lekas pergi dari hadapan petugas tersebut.

"Bunda! Ada apa sampai bisa dipanggil polisi?" Januar dan Yura lekas menghampiri Reina dengan terburu-buru.

"Yaampun! Tenang sayang, it's not a big deal. Semuanya beres kok sama pengacara bunda,"

Januar menggandeng lengan kanan Reina dan mereka mulai berjalan kearah mobil yang terparkir.

"Bunda, kalau Tante Gania aneh-aneh lagi kasih tahu Yura, ya. Lagian kenapa sih masih aja ganggu kita?! Setelah apa yang kita kasih ke dia?"

"Ssst! Gak boleh gitu sama orang tua. Gimanapun itu mama mu juga. Kamu harus menghormati sama yang lebih tua." Reina menasihati dengan lembut sambil mengusap-usap surai legam milik Yura yang berantakan.

"Bunda ini hatinya terbuat dari apa sih?! Kok bisa-bisanya baik banget?!"

"Gak tau kak, gue juga heran. Istilahnya bukan gue yang ngerasain tapi gue yang benci banget sama dia,"

Reina hanya tersenyum simpul. Mereka tidak tahu kenyataannya seperti apa. Karena biarlah menjadi rahasia.

Sedang asyik siap-siap berangkat kembali menuju rumah, Yura terdistraksi dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui.

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang